Ini dia teman, ada kata-kata mutiara yang gw copas dari facebook temen gw, wah kata2nya menyentuh banget, monggo dibaca.
1. “Kalau mau saling mengerti, lakukan saja setelah membuat lawan mengalami hal yang sama” (Yahiko, chapter 372)
2. “Aku hanya ingin melindungi mereka, walau harus menjalani penderitaan seperti apapun” (Nagato, chapter 373)
3. “Penderitaan membuatku semakin kuat dan berkembang” (Pain, chapter 474)
4. “Shinobi yang melanggar aturan memang disebut sampah, tetapi shinobi yang meninggalkan sahabatnya lebih rendah dari sampah” (Uchiha Obito)
5. “Aku tak akan menarik kembali kata-kataku, karena itulah jalan ninjaku” (Uzumaki Naruto)
6. “Selemah apapun musuhku, aku tidak akan meremehkan mereka” (Aburame Shino)
7. “Kau lemah, kenapa kau lemah??? Soalnya kurang sesuatu, yaitu kebencian” (Uchiha Itachi)
8. “Seni itu adalah sesuatu yang rapuh, yang menghilang dalam sekejap” (Deidara)
9. “Aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan” (Hatake Kakashi)
10. “Sepertinya aku harus meninggalkan Konoha demi menyelamatkan Konoha” (Jiraiya)
11. “Manusia tak kan pernah bisa menang dari rasa kesepian” (Gaara)
12. “Yang diperlukan oleh Shinobi bukan jumlah jutsu yang dapat dikuasainya, tetapi yang diperlukan Shinobi adalah tekad pantang menyerah” (Jiraiya)
13. “A loser is a loser” (Neji Hyuuga)
14. “Kemampuan individu seorang ninja memang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah kerjasama tim” (Hatake Kakashi)
15. “Kalau tanganku patah, akan ku tendang dengan kakiku ini. Kalau kakiku patah, akan ku gigit dengan gigiku ini. Kalau gigiku dihancurkan juga, akan ku lihat dengan dengan tatapan penuh kebencian. Dan kalau mataku dihancurkan juga, akan ku gunakan kutukan untuk melawannya, aku pasti akan mengembalikan Sasuke” (Uzumaki Naruto)
16. “Shinobi bukan dilihat dari cara hidupnya, tetapi bagaimana ia mati” & “Kehidupan Shinobi dinilai bukan dari bagaimana menjalaninya, tetapi dari apa yang sudah dilakukannya” (Jiraiya)
17. “Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi” (Uchiha Itachi)
18. “Masa depanmu adalah kematian” (Hatake Kakashi)
19. “Kau gagal tetapi masih bisa mampu bangkit kembali, karena itu menurutku arti dari kuat yang sebenarnya” (Hinata Hyuuga)
20. “Aku akan menolongnya meski harus mengorbankan nyawa karena dia adalah temanku” (Shikamaru Naara)
21."Ninja Yang Paling Buruk adalah Ninja Pengkhianat Desa... Ninja Yang Lebih Buruk Dari Ninja Pengkhianat Desa Adalah Ninja Yang Membiarkan Temannya Dalam Bahaya....!!!" (Kakashi Hatake)
22.".. seperti apapun juga.. aku akan terus melangkah dan melangkah untuk menolong sasuke, walau harus mempertaruhkan nyawa seperti apapun.."( Naruto Uzumaki)
23."jangan tarik kata katamu..sekalipun itu akan membawamu kepada kehancuran..karena kau laki laki,,dan itu adalah jalan ninjamu..(uzumaki naruto)
24."Kau adalah anaku, dan dengan kekuatan Kyuubi kau akan membangun kembali Konoha!" ( Minato Namikaze)
25."aku ini tidak punya orang tua, aku selalu mrasa sendiri sluruh orang didesaku memandangku dengan tatapan kebencian, mereka menganggapku monster, sampai-sampai keberadaanku pun tidak mereka hargai, tetapi ada satu orang yang mengakui keberadaanku, ia adalah orang yang pertama kali mengakui kalau aku ini ada, dan selamanya takkan ku biarkan ia pergi, ia adalah sasuke , sasuke adalah teman terbaikku" (Uzumaki Naruto)
26. "aku lebih menyayangi sasuke sebagai temannya, melebihi kau yang saudaranya sendiri" (Uzumaki Naruto)
27. "Tanpa arah dan tujuan, tidak ada gunanya seorang ninja hidup di dunia ini" (Guy Maito)
28. "kalau rasa keadilanmu menurun berarti kau melemah, dibawah rasa keadilan tidak ada kelemahan apapun!" (Kakashi Hatake)
29. "Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri sendiri" (Jiraiya)
30. "I used to cry and give up,, I nearly went to the wrong way but you.. you always show me the right way. I always chasing you... wanting to overtake you.. I just wanna talk with you.. I wanted to be with you.. you changed me.. your smile saved me" so I'm not afraid to die protecting you.......... Because "I LOVE YOU" (Hinata Hyuuga)
31. "Seseorang akan menjadi kuat apabila melindungi seseorang yang dicintainya" (Haku)
32."Aku hanya ingin hidup seperti awan. Bebas, dan tenang. Ketika aku tua nanti, aku mempunyai seorang istri dan mempunyai 2 anak, satu laki-laki dan satu perempuan, lalu aku meninggal duluan, dan begitulah kehidupanku berlangsung. Sayangnya semua tidak semudah itu, merepotkan sekali!" (Shikamaru Nara)
33. "Aku sekarang bisa melihat segala sesuatu yang tidak bisa kulihat sewaktu aku masih menjadi manusia" (Pain)
34. "Jalan hidup seorang murid adalah warisan dan estimasi dari sang guru" (jiraiya)
35. "Saat kau mengenal kasih sayang , kau juga menanggung resiko kebencian" (Itachi Uchiha)
36. "Keberuntungan juga merupakan kekuatanmu" (Guy Maito)
37. "Sudah kubilang, aku ya aku, kamu ya kamu, soal siapa yang lebih hebat itu cerita yang membosankan" (Shikamaru Nara)
38. "Kau adalah jenius dalam kerja keras (Guy Maito to Rock Lee)
39. "Someone who don't know pain will not know how true peace is like" (Pain)
40. "Memanjakan dan mengasihani itu berbeda" (Yamato)
41. "Jutsu is not the only weapon, I tell you that!" (Shikamaru Nara)
42. "When people get hurt, they learn to hate" (Jiraiya)
43. "Daripada suapan terakhir makanan selezat apapun atau diejek gendut, aku lebih tidak bisa memaafkanmu kalau kau menghina sahabatku !!!!!" (Chouji Akimichi)
44. "Seni itu abadi dan akan selalu dikenang" (Sasori)
45. "Aku tidak suka dengan orang yang membohongi dirinya sendiri ditengah turunnya salju" (Uzumaki Naruto)
46. "Tidak Semua Mimpi dan harapan akan terwujud sesuai dengan keinginan kita" (Orochimaru)
47. "Untuk mencapai tujuan akhirmu, kamu harus bersabar" (Tobi)
48. "Ular yang melata di tanah bermimpi terbang di angkasa itu hal yang mustahil. Kau yang ingin melakukan sesuatu dan mengincar anak ayam di sarang, malah berbalik diincar oleh mata rajawali yang terbang tinggi di langit" (Sasuke Uchiha to Orochimaru)
49. "Keadilanmu adalah membunuhku dan akatsuki, keadilanku adalah balas dendam terhadap konoha, semua ada latar belakang yang benar, lalu apakah kau dapat menjawab apa itu keadilan?" (Pain to Naruto)
50. "Renge (teratai) konoha bersemi dua kali, saat kita bertemu lagi nanti aku berjanji akan menjadi orang yg lebih kuat" (Rock Lee to Sakura)
Quote:
Spoiler for Kata-Kata Mutiara di Naruto:
51. "Kalau kau yakin dengan takdirmu, maka sejak awal seharusnya kau tidak mengikuti pertarungan ini!!!" (Naruto to Neji)
52. "Seseorang yang gagal menolong temannya tidak pantas menjadi hokage.." (Uzumaki Naruto)
53. "I never go back on my own words" (Uzumaki Naruto)
54. "Anak-anak yang mulai sekarang akan mengemban Konoha, itulah raja Konoha" (Shikamaru Nara & Asuma Sarutobi)
55. "Jika kamu percaya dengan impianmu aku akan membuktikan padamu bahwa kamu bisa meraih impianmu hanya dengan bekerja keras" (Rock Lee)
56. "Kalau itu artinya cerdas... bodoh selamanya pun aku tak keberatan" (Uzumaki Naruto)
57."Untuk mendapatkan sesuatu, kau harus rela mengorbankan sesuatu yg lain (Tayuya)
58. "If there's such a thing as peace,i will find it. I won't give up! (Nagato)
59. "Aku harus percaya pada diriku sendiri, percaya bahwa aku adalah orang yang mereka percaya" (Uzumaki Naruto, chapter 495)
60. "ART IS A BLAST !!!" (Deidara)
61. "Berbeda denganmu, jabatan hokage pasti akan kudapatkan, karena menjadi hokage adalah cita-citaku" (Uzumaki Naruto)
62. Zabuza: "Tidak ada orang yang mampu mengalahkanku" Naruto: "Catat aku sebagai orang pertama yang melakukannya"
63. "Menunggu dan membuat orang lain menunggu adalah hal yg kubenci" (Sasori)
64. "Lelaki manjadi semakin kuat saat ditolak.." (Jiraiya)
65. "There is a time when a guy must take a difficult decision" (Uchiha Itachi)
66. "Jika kau menungguku untuk menyerah, kau akan menungguku selamanya" (Naruto Uzumaki)
67. "Takdir setiap manusia memang telah ditentukan sejak mereka lahir, tetapi dengan kerja keras kita dapat mengalahkan takdir" (Naruto Uzumaki)
68. "Kau adalah daun yang bermandikan sinar matahari, aku adalah akar yang tumbuh dan membusuk di kegelapan" (Danzo)
69. "Faith is better than any plan" (Nagato To Jiraiya)
70. "Sampai matipun aku akan mengejar cita-citaku" (Naruto Uzumaki)
71. "Parents do believe in their children (Minato to Naruto inside Naruto)
72. "It's ok, after all, I'm the fourth son (Naruto to Minato inside Naruto)
73. Kushina : "What is the product of Konoha Yellow Flash and Red Habanero?" Naruto : "Konoha Orange Hokage"
74. "If you want to kill me, curse me, hate me, live your ugly life, run and run, cling to your life" (Uchiha Itachi)
75."Semua yang memiliki bentuk, suatu saat akan membusuk" (Orochimaru)
76. "Suatu saat nanti kita juga harus menjadi orang yang dipercayakan, bukan lagi orang yang mempercayakan, kalau mau jadi shinobi keren seperti Guru Asuma atau Guru Kakashi" (Shikamaru Nara)
77. "Dia memang jelmaan rubah ekor sembilan,tapi kau harus ingat..dia berbeda dengan muridku yg lain,dia adalah murid kesayanganku" (Iruka Umino to Mizuki)
78. "If you're shinobi, then fight with knowledge of your surroundings" ( Shikamaru Nara)
79. "An expert with stone, can beat a novice with a shuriken (Sasuke Uchiha)
80. "Aku akan melepaskan kutukan itu, kalau memang ada kedamaian, aku akan menemukannya, aku tak akan menyerah" (Naruto Uzumaki)
81. "Ninja itu harus mampu melihat yang terdalam dari yang terdalam" (Kakashi Hatake)
82. "Now there's something I understand a little better. Hate, sadness, even joy. to be able to share it with another person...Naruto Uzumaki from fighting him i learned that. he knew pain like i did and then he taught me that you can change your path. I wish that one day i can be needed by someone. Not as a frightening weapon...But as the sand's Kazekage...(Gaara)
83. "Kalian hanya hidup sekali. Jalani kehidupan dan matilah dengan jalan kehidupan yang kalian inginkan.Tapi apapun jalan yg kalian pilih, jangan lupa untuk melindungi orang yg berharga dalam hidup kalian" (Minato Namikaze)
84. "The power to believe in yourself... That becomes the power that changes destiny" (Genma Shiranui)
85. "When captured birds grow wiser, they try to open the cage with their beaks. They don't give up, because they want to fly again" (Genma Shiranui/wasit Naruto-Neji)
86. "There is no point in training hard if you do not believe in yourself" (Gai Maito)
87. "You only live once! You need not choose an impossible path. You may live as you like, die as you like... Just... no matter what path you choose... never forget to protect those who are precious to you!" (Sarutobi Hiruzen/Sandaime)
88. "Protect whatever is important to you with these two arms, no matter how tough or sad it is, even if it costs you your life" (Kaiza-Fisherman at Land of Waves)
89. "Love breeds hatred" (Madara Uchiha)
90. "Ada satu hal yang pasti dan telah dibuktikan oleh sejarah.... bahwa manusia adalah makhluk yang sampai kapanpun tidak akan bisa saling memahami..." (Pain)
Rabu, 20 Oktober 2010
Selasa, 28 September 2010
Misteri Topeng Madara Uchiha
Bagi yang telah membaca komik naruto 511, dimana menceritakan tentang masa lalu Yahiko, Konan dan Nagato, pasti terkejut ketika melihat akhir cerita pada halaman terakhir chapter 511. Kita melihat sosok Madara yang memakai topeng baru mirip dengan penampakan mata Jubi. Dengan adanya topeng tersebut, berarti kita telah melihat penampilan Madara dengan menggunakan 3 buah topeng.
Ini adalah topeng yang pertama kali digunakan oleh Madara ketika dia bertemu dengan Itachi. Madara juga mengenakan topeng sejenis ketika dia bertarung melawan Yondaime dan berhasil untuk menarik keluar dan menghancurkan segel Kyuubi yang terkurung di dalam tubuh Kushina Uzumaki.
Sabtu, 25 September 2010
INTERNET CAFE
Internet Cafe
Naruto © Kishimoto Masashi
Penulis: Daniiii
“Mou sukoshi~ mou sukoshi~ kimi no soba ni irareta nara~”Terdengar lagu Mou Sukoshi milik Saori Atsumi dari speaker yang ada di kamar Sasuke. Sang pemilik kamar pun kini sedang chatting Y!m bersama teman-temannya. Di depannya ada sebungkus keripik kentang dan es kelapa muda sisa buka puasa barusan. Jari-jari tangan kirinya bergerak lincah memencet-mencet tombol keyboardnya, sedangkan tangan kanannya menjejalkan kelapa muda yang diambilnya dari gelas.
Tak lama kemudian, Mikoto masuk ke dalam kamar tersebut, wanita tersebut telah mengenakan mukena. Dia tersenyum ke arah Sasuke.
“Nak, ikut tarawih? Ayo gih... Mama mau berangkat sama Kak Itachi dan Papa,” kata Mikoto.
“Iya, Ma... nanti Sasuke berangkat sendiri. Aku tarawih di masjid kampung sebelah, janji sama temen-temen, jadi Mama, Papa, sama Kak Itachi pergi aja duluan,” kata Sasuke sambil mengetik.
“Oh...” Mikoto angguk-angguk. “Ya sudah, nanti jangan lupa matiin lampunya, kunci pintunya dan ditaruh di pot seperti biasanya ya. Mama mau berangkat dulu.”
“Yoa!” sahut Sasuke. Pintu pun kembali ditutup oleh Mikoto dan rumah menjadi sepi dalam sekejap.
Usai mengucapkan salam offline ‘sejenak’ pada teman-teman virtualnya (dan beberapa teman sekolah semacam Shikamaru, Naruto, dkk.) dan membereskan sisa makanan serta gelasnya, dia pun mematikan komputer dan langsung pergi ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah itu dia langsung berjalan ke arah lemarinya dan mengambil sarung serta peci dan memakai benda-benda itu. Tak lama, dia pun keluar rumah, mematikan aliran listrik, dan meletakkan kunci di bawah pot.
-time skip-
Sasuke melepas sandalnya, meletakkannya di rak, dan masuk ke dalam tempat itu, tempat yang beralaskan keramik putih, tempat yang menenangkan dan menyejukkan hati, tempat dimana orang saling bersosialisasi, dimana orang berjamaah, dan tempat yang dianggap suci... bagi para gamers dan onliners, apalagi kalau bukan WARNET.“Oy! Cuy! Wakakakakak... kenapa lo? Pake sarung gitu? Biasanya ke warnet juga pake boxer!” kata seseorang di dalam warnet itu, berambut pirang, berkulit coklat bagaikan usai berjemur di bawah Matahari terik, bermata biru bak langit dan samudra yang tak lain dan tak bukan bernama Namikaze Uzumaki Naruto yang merupakan anak semata wayang dari Ustadz Namikaze Minato dan Ustadzah Uzumaki Kushina. Entah bencana macam apa yang melanda dan membuat pasangan suami istri itu mendapat anak yang maniak internet seperti dia sampai bertaruh tarawih.
“Diem lo! Stress gue!” ucap Sasuke sambil mulai melepaskan sarungnya dengan napsu.
“Iih!! Sasuke porno!!” teriak Naruto parno.
“Apaan sih lo?” Sasuke memelototinya sambil menyelempangkan sarungnya bak orang ronda.
“Oh... lo masih pake celana pendek toh di dalemnya, kirain lo mau nari striptease!” kata Naruto sambil melirik speaker operator yang mengumandangkan lagu Nagin. Sasuke pun memandang ke arah meja operator, dimana di sana ada Temari yang sedang blushing sambil membelo memandangi Sasuke. Sasuke hanya membuat ekspresi jijik sambil berjalan ke arah salah satu komputer yang belum ditempati. Hampir semua komputer tidak ditempati karena sepi. Karena hanya ada dia dan Naruto selaku pelanggan yang ada di sana.
“Teh, Gaara mana?” tanya Naruto mengusir suasana yang hambar saat menyadari Gaara tak ada di sana.
“Tarawih sama Kankurou,” jawab Temari yang telah menyudahi blushingnya.
“Teteh ngapain nggak tarawih hayoo?” tanya Naruto lagi sambil menyeringai jenaka.
“Lagi nggak boleh,” jawab Temari lagi. Kemudian dia bertanya balik. “Lha kamu?”
“Bosen, teh...” jawab Naruto sambil nyengir penuh dosa.
“Teh! Ganti lagu dong! Masa lagu ular sanca gini sih! Bergidik gue,” protes Sasuke sambil memasukkan username dan password untuk member warnet Sabaku tersebut.
“Apa, Sas? Lu inget Pak Orochimaru gara-gara kemarin dipake praktek biologi yang ngejelasin tulang pubis dan alat kelamin, ya? Hihi, gimana rasanya dipegang-pegangin gitu?” Naruto mengikik saat membayangkan kejadian beberapa waktu lalu saat di laboratorium biologi dimana Sasuke dipaksa maju oleh Pak Orochimaru dan ditunjuk-tunjuk serta dipegang-pegang untuk menunjukkan organ yang dimaksud dalam materi.
“A-Apaan sih lo?” teriak Sasuke. Terlihat semburat merah di pipinya yang seputih susu itu begitu mengingat peristiwa waktu itu.
“Lha... gue lihat kayaknya lo keenakan pas disentuh-sentuh bagian sensitip lo!” kata Naruto.
“Resek lo! Gak usah diomongin napa!” ucap Sasuke kesal.
They’re selling postcards of the hanging
“Nah! Gini dong! Lagu Desolation Row-nya My Chemical Romance!” kata Sasuke.
“Halah, biasanya kalo pake headset lo ngedengerin lagunya Ridho Rhoma juga!” sahut Naruto.
“Urusai Dobe!” teriak Sasuke.
“Udah, jangan bertengkar,” kata Temari melerai mereka.
Sasuke membanting pecinya ke atas meja, kemudian matanya yang berwarna onyx menatap lurus ke arah layar, memperhatikan jendela conference chat yang baru saja dibukanya bersama teman-temannya yang nista.
Smarty (Sasuke): WOI!
Ramennn (Naruto): Hihihi... Tem~
WhiteFang (Kiba): Kalian dimana?
Ramennn: Warnetnya Gaara!
Shukashukague (Gaara): Oi, Kib, kalo pake nama itu dimarahin bokepnya Kakashi-sensei lo.
WhiteFang: XP
Smarty: Lha? Gar! Katanya Teh Temari kau tarawih? Lo ke warnet lain, ya? -piip- lo! Nggak ngelarisin warnet sendiri!
Shukashukague: Suka suka gue.
Smarty: O.o
Smarty: *nampar*
Ramennn: Ganti username ya, Gar? Kemarin Shukaku, trus Shukashukaku, sekarang ‘ku’-nya diganti gue. Hihihi...
Shukashukague: Hn.
WhiteFang: to Sasuke, aku ma Gaara buka messenger lewat HP!
Smarty: ...
Ramennn: Kalian nggak tarawih malah Y!m-an!
MalesssAhh (Shikamaru): Mereka ngetik sambil sujud.
Ramennn: Lha? Lo juga?
MalesssAhh: Gue di belakang kagak ikut tarawih.
MalesssAhh: Tidur aja dah.
Smarty: Che...
Smarty: -Offline-
Sasuke langsung keluar dari conference itu dan mulai membuka facebook dan ayodance lewat Mozilla. Saking rajinnya dia, dia adalah makhluk terkaya di antara teman-temannya dalam urusan ayodance, bahkan dia memiliki semua avatar item dari ayodance pertama kluar sampai sekarang. Biasanya beberapa anak minta joki olehnya. Kemudian dia membuka Onemanga untuk membaca Naruto chapter yang paling baru. Entah ini hanya perasaannya atau apa, tokoh di dalam cerita itu mirip sekali dengan wajah-wajah dan nama-nama yang pernah dia kenal. Dia jadi curiga bahwa Kishimoto Masashi adalah seorang stalker yang mengintai desanya.
“Oi! Nar! Dah baca Naruto chapter yang paling baru kagak!?” tanya Sasuke heboh setelah membuka chapter 666 yang belum keluar di Amerika, apalagi Indonesia, bahkan Jepang, dan juga Kishimoto Masashi sendiri belum mengeluarkannya (?).
“Apa? Apa? Belum nih! Gue lagi buka Onemanga!” kata Naruto yang segera membuka Onemanga.
“Baca deh! Keren banget! Orochimaru bangkit lagi sambil nari striptease di depan para kage!” ucap Sasuke penuh semangat saat melihat tokoh favorit keduanya (setelah tokoh bernama Uchiha Sasuke) menampakkan batang hidungnya di chapter 666.
“Astagah!!” teriak Naruto sambil memegang hidungnya yang mulai mengeluarkan darah. “Mana para kagenya nyawer lagi! Gaara juga! Astaghfir...”
Sasuke kembali menelusuri halaman demi halaman dari chapter 666 tersebut. Dan matanya membelalak kaget saat tiba-tiba dalam satu panel Uchiha Sasuke, tokoh favorit nomor satunya di Naruto, menghampiri dan menyentuh Orochimaru yang sedang membuka kimononya secara perlahan-lahan sambil tersenyum ala om-om maniak.
“YA TUHAN!!!” teriak Sasuke histeris.
“Hiii... norak dan menjijikkan banget sih Uchiha Sasuke itu! Nggak seperti Uzumaki Naruto yang suci dan berhati baik,” ucap Naruto lirih, tidak tega jika dia mengatakan hal tersebut di depan fans sejati Uchiha Sasuke—yang bahkan lebih fanatik daripada Haruno Sakura dan Yamanaka Ino di manga itu, yang tak lain dan tak bukan adalah penghuni komputer nomor dua berambut hitam jabrik bernama Uchiha Sasuke.
Makan duren di malam hari paling enak dengan Kakashi...
Tiba-tiba terdengar lagu Belah Duren. Sasuke yang menyadari bahwa itu adalah ringtone handphonenya pun segera mengambil handphone Blackberry miliknya dari saku celana dan melihat nama sang penelefon. Di sana tertulis ‘Pedofil Incest’. Sasuke pun langsung panik.
“Teh Temari! Ganti lagunya dong! Ganti lagu religi gitu!” kata Sasuke pada Temari.
“Kenapa, Sas?” tanya Temari.
“Gawat! Pokoknya ganti aja, Teh!” jawab Sasuke. Temari pun mengangguk dan mengganti lagu Ridho Rhoma yang direquest Sasuke melalui Y!m secara diam-diam agar Naruto tidak menggodanya dengan lantunan surat Yasin.
Klik.
Sasuke mengangkat telefonnya.
“Halo, Itachi?” jawab Sasuke.
“Sas, lo dimana? Belum pulang tarawih?” tanya Itachi dari seberang sana.
“Di masjid lah! Belum nih,” kata Sasuke.
“Kapan lo pulang?” tanya Itachi lagi.
“Bentar, ini mau pulang nih!” sahut Sasuke.
“Ya udah... Rajin ya lo sekarang, gue kira lo di warnet.” Glek. Sasuke menelan ludah.
“Lo masih pengajian surat Yasin, kan? Nanti kalo udah kelar aja,” lanjut Itachi.
“O-oke,” jawab Sasuke.
“Gudbai, otouto~ Klik.”
Panggilan pun berakhir. Sasuke mengunci handphonenya dan memasukkannya ke dalam saku celana. Dia langsung meng-sign out semua accountnya, menutup mozillanya. Kemudian dia keluar dari billing, mengambil pecinya, berdiri, dan langsung berjalan ke arah Temari.
“Berapa, Teh?” tanya Sasuke sambil menurunkan sarungnya dan memakainya dengan baik dan benar.
“Ditelefon Itachi, Sas?” tanya Naruto.
“Iya,” jawab Sasuke.
“Dua ribu,” kata Temari setelah melihat ke arah layar.
Sasuke merogoh ke dalam sarungnya dan mengambil dompet dari dalam saku celana di dalamnya. Dibukanya dompet berwarna hitam itu dan dia pun mengeluarkan uang 2000 untuk diserahkan pada Temari.
“Ya udah, Teh, saya pulang ya. Titip salam buat Gaara sama Kankurou,” kata Sasuke sambil mengambil sandalnya dari rak dan keluar dari warnet.
“Lo udah mulai menaruh perhatian sama Gaara, ya?” ucap Naruto. Sasuke pun langsung melemparnya menggunakan sandal butut miliknya sendiri.
“Makan tuh sandal lo!” kata Sasuke.
“Salam juga buat keluargamu, Sas,” sahut Temari.
“Halah, paling-paling juga gak disampein karena entar bakal ketahuan keluarganya kalau dia main di warnet,” kata Naruto.
“Jangan cerewet lo!” teriak Sasuke sambil berlari menuju rumahnya.
“Salam buat nyokap lo aja, Sas!” teriak Naruto dari dalam warnet.
-
Fin
-
Pesan moral:Jangan mencontoh kelakuan bejat SasuNaru *ditampar* eh, maksudnya Sasuke dan naruto ya, adik-adik sekalian. Tarawihlah saat tarawih, dan kalau ke warnet izin aja.. OwO (sama aja!!)
Yah~ maaf cerita ini tidak ada klimaksnya kayak yang games online (gak tahu juga sih ini ada klimaksnya apa enggak. Lol), tapi endingnya nggak cliff kayak yang games online. Ahahahaha~
Lebih pendek pula. Kali ini saya taruh di humor aja... Cocok gak, ya? TwT Yang games online aja di general parody...
SETETES DARAH
Language: Indonesia
WARNING: OOC-ness, lebay-ness, plotless humor, not meant to be yaoi.
--
Setetes Darah
Penulis: Blissaster
Suna, Kantor Kazekage…Gaara sedang duduk di kursinya, ditemani dua kakaknya, mengerjaka tugas Kazekage-nya seperti biasa, ketika…
‘Srat!’ tanpa sengaja, jari Gaara tersayat oleh pinggir kertas.
Gaara berkedip beberapa kali. Merasakan adanya rasa perih yang tidak biasa di jarinya, dia memperhatikan jari tersebut, dan menyadari ada cairan kental berwarna merah mengalir di sana. Gaara berkedip beberapa kali, sebelum otaknya mencerna sepenuhnya apa sebenarnya cairan merah itu…
“… Darah…” bisik Gaara lebih pada dirinya sendiri, menatap takjub sedikit cairan merah yang keluar dari jari telunjuknya.
“’Darah’??” ulang Temari dan Kankurou bersamaan. Kepala mereka tersentak ke arah adik bungsu mereka. Otomatis, mata mereka mengikuti ke mana mata Gaara terpaku. Dan melihat…
“DARAH!!?” teriak keduanya bersamaan, panik.
Kedua tangan di kepala, Temari berjalan mondar-mandir, “Darah?? Darah!? Darah!!? Gaara berdarah!!?” Temari histeris, “Tenangkan dirmu, Temari. Tidak ada gunanya panik,” Temari menaruh tangan kanannya di dada kirinya, menarik nafas panjang, berusaha untuk menenangkan diri. Hening. “GAARA BERDARAH!!!” teriaknya dalam kepanikan yang sma – kalau tidak lebih dari—yang sebelumnya.
Sementara itu Kankurou..
“GAARA! JANGAN MATI!!!” teriak Kankurou, mengguncang bahu adik kecilnya, air mata mengalir deras dari pipinya.
Dan aara…
Dia masih terpesona memperhatikan darah di jarinya. Dan entah bagaimana, bisa tidak menyadari kehebohan Temari (“DARAH~~~!!!”) atau Kankurou (“BERTAHANLAH!!”)
Beberapa waktu kemudian…
Kankurou yang mulai bisa mengontrol dirinya –akhirnya—sadar kalau dia harus membalut luka Gaara, menghentikan pendarahannya.
“Tenang, Kankurou… Tenang…” Kankurou menggumam pada dirinya sendiri, sebuntal perban di tangannya yang kini gemetaran, “Nyawa Gaara bergantung padamu. Kau jarus membalut lukanya sebelum lukanya terinfeksi atau Gaara kehabisan darah…” Kankurou membeku di tempat, matanya melebar seolah terhipnotis, “… Darah… Kehabisan darah… GAARA!! JANGAN MATI!!!” Kankurou menjadi histeris, lagi.
“Bodoh! Sini biar aku yang lakukan!!” Temari menendang adiknya, mengambil secara paksa perban dari tangan Kankurou, “Tenang saja, Gaara! Kakakmu ini akan segera menolongmu!” Temari menepuk dadanya.
Dan Temari pun membalut Gaara dengan perban…
Terus…
Dan terus…
Hingga…
“Selesai!” Temari mengelap keringat dari keningnya. Memperhatikan adik bungsunya yang kini berbalut perban dari ujung kaki hingga kepala. Tidak ada yang terlewatkan. Kecuali mata kanan Gaara dan… jari telunjuknya yang berdarah. Mata Temari melebar menyadari jari Gaara yang masih berdarah, “Maafkan kakakmu yang tidak becus ini, Gaara!!” teriak Temari, memegang kepalanya, frustasi.
Dan Gaara masih tepesona…
Begitulah, dalam keadaan seperti itulah, Taka –merpati pengantar pesan tercepat Suna—dikirim ke Konoha. Di dalam gulungan itu tertulis pesan…
Nyawa Kazekage dalam bahaya. Meminta bantuan secepatnya.
‘Brak!!’ Naruto menggebrak mejanya.
“Dia menaruh dirinya dalam bahaya macam apalagi sih!?” teriak Naruto frustasi. Walau toh dia segera bertolak ke Suna, Sasuke dan Sakura di sampingnya.
Beberapa waktu kemudian, Suna, Kantor Kazekage…
Temari terbaring di kursi, kompresan basah di keningnya, menutupi matanya, dia terus bergumam, “… Darah… Gaara berdarah…!!!”
Sementara Kankurou berjalan mondar-mandir di tengah ruangan, menggigiti kukunya dalam panik. Gaara, dalam balutan perbannya, masih tidak bergeming.
‘Brak!’ pintu itu terbanting terbuka. Kepala Kankurou segera menghadap ke arah pintu.
Naruto –yang ekspresinya campuran antara marah dan khawatir-- masuk. Sasuke dan Sakura mengikuti di belakangnya.
“Naruto!” Kankurou memgang kedua tangan Naruto, matanya bersinar penuh harap, “Syukurlah kau datang!!”
“Ada apa memangnya?” tanya Sakura, mengkhawatirkan keadaan Gaara –yang seluruh tubuhnya terbalut perban, dengan mata menatap ke arah jari telunjuknya.
“Dia… Dia… Dia berdarah!!!!” teriak Kankurou histeris.
“Ha?” Sasuke dan Sakura menatap Kankurou seakan cowok itu sudah jadi gila.
Sakura menggelengkan kepalanya, menyadarkan diri, sebelum berjalan ke arah Gaara, memeriksa cowok berrambut merah itu. Naruto mengikuti di belakangnya. Menyadari luka yang diderita Gaara ternyata hanya luka sayatan kecil di jari telunjuknya, Sakura menghela nafas lega.
“Oh. Bukan masalah besar kok. Dia hanya—“ Kata Sakura, tapi kata-katanya terputus.
“Dia benar berdarah!!” teriak Naruto tidak kalah histeris.
“Tuh kan! Dia berdarah!! Dia memang berdarah!!!” Kankurou menimpali kehisterisan Naruto.
“Ah. Justru itu—“ Sakura hendak menjelaskan, tapi kedua pemuda di depannya itu sibuk sendiri.
“Darah! Darah!! Darah!!! Dia berdarah!! Gya~~!! Gimana dong!?”
“Iya kan!? Iya kan!? Dia berdarah!!”
“Ah, umh… Makanya aku mau bilang—“
“Dia berdarah!!”
“Gaara, jangan mati!!!”
“Eh? Eh??” Sakura jadi ikut bingung, “Apa itu bukan sayatan biasa!? Jangan-jangan sayatan itu beracun!!”
Sasuke menatap kekacauan di depannya dengan tidak percaya.
‘Duak! Duak! Duak!!’ Sasuke memukulkan bagian belakang Kusanagi pada kepala Naruto, Sakura dan Kankurou.
“Sadar dong! Apanya yang membahayakan nyawa? Itu kan Cuma sayatan kecil biasa!” kedua tangan di pinggang, Sasuke mengomel, “Dan kau, Sakura! Jangan ikut-ikut dua orang idiot ini dong!” Sasuke menunjuk Naruto dan Kankurou. Sakura menggaruk belakang kepalanya, tersenyum malu.
“Tapi dia berdarah!” protes Naruto.
“Iya! Dia berdarah lho!” Kankurou menimpali.
Sasuke memutar bola matanya dengan tidak sabar, “Lalu? Dia kan sudah bukan host Ichibi lagi! Wajar kalau dia berdarah!” kata Sasuke.
“Tapi dia berdarah!!” Naruto berkeras.
“Iya! Berdarah!!” Kankurou ikut-ikutan.
Sasuke memutar bola matanya. Tampaknya tidak ada gunanya bicara dengan dua orang idiot ini. Lebih baik di segera menyelesaikan masalah bodoh ini dan pulang ke Konoha. Dia tidak percaya dia pergi ke Suna –dan meninggalkan Itachi, kakaknya yang berharga—hanya untuk alasan konyol seperti ini.
Sasuke berjalan ke arah Gaara, memperhatikan jari telunjuknya yang berdarah. Sasuke mendengus, “Luka seperti ini sih, dijilat juga sembuh,” kata Sasuke sebelum menjilat jari Gaara.
Hening.
Sakura hanya menatap Sasuke dengan mata tidak percaya, mulut terbuka lebar.
Gaara berkedip. Sekali. Dua kali. Kemudian seolah tidak pernah terjadi apa pun dia bertanya, “Lho? Kenapa kalian ada di sini?”
Naruto dan Kankurou terdiam. Kepala menunduk, aura gelap mulai mengelilingi keduanya. Lalu…
“Dia menjilatnya!!” teriak Naruto, menunjuk Sasu dengan gaya menuduh. Sedetik kemudian, sudah terdapat beberapa klon Naruto yang terlihat murka.
“Dia menjilatnya!!” teriak Kankurou histeris, sebelum mengeluarkan gulungannya dan memanggil kugutsu kepercayaannya.
“Tidak termaafkan!!” kata keduanya bersamaan.
“Apa sih?!” tanya Sasuke kesal. Dia sudah membantu, bukannya berterima kasih! Malah…
“Serang!!” kata Naruto dan Kankurou, memerintahkan klonnya (Naruto) dan kugutsunya (Kankurou) untuk menyerang Sasuke.
Gaara berkedip beberapa kali, “Ada apa sih?”
--
“Aku tidak percaya!” gerutu Sasuke yang kini berbalut perban –terima kasih pada Naruto dan Kankurou—menyilangkan tangan di depan dadanya, memberikan deathglare-nya yang paling mematikan pada Naruto dan Kankurou, yang hanya tersenyum sok tidak berdosa. “Bagaimana mungkin hanya karena setetes darah--,” Sasuke mengatakannya dengan penuh dendam, “—kalian membuat gempar Konoha-Suna!?”
“Yah… Namanya panik…” Kankurou mengaruk belakang kepalanya, tersenyum malu.
Sasuke mendengus, “Dasar overprotektif.”
“Halah! Kayak kau pantas bicara begitu,” celetuk Naruto, menyilangkan tangannya di belakang kepalanya, “Memangnya siapa ya, yang teriak-teriak panik hanya karena Itachi terkena cipratan minyak?” balas Naruto.
Wajah Sasuke memerah. Memalingkan mukanya, dia berkata, “I-itu kan beda!”
“Apanya yang beda, hm?”
“Erh… Yah… Pokoknya beda!” kata Sasuke seenaknya.
“Sudahlah,” Naruto mengibaskan tangannya santai, “akui saja, kalian—“
“Kita, Naruto,” ralat Sasuke, “Kita.”
Naruto terdiam untuk beberapa saat, berpikir, sebelum melanjutkan, ”… Yeah, kita memang kumpulan orang overprotektif.”
”Hanya kali ini aku setuju denganmu.”
-End-
Kamis, 23 September 2010
SMS GOKIL
Language: Indonesia
Summary: Hinata dan Ino nge-gosip pake es-em-es! Dimulai dari ‘bertengkar sms’, sampe nge-gosipin cowok orang! True Story!
Disclaimer: I DO NOT OWN ANY OF THESE THINGS! Trademark with CAPS LOCK!! Inilah true story, bener-bener aku jiplak langsung dari HP-ku. Engga ada nyang dirubah sama sekali! Panggilan pun engga! Eh, ada ding nyang dirubah, tapi dikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttt…. banget, nget, nget! Kalo ga’ percaya, liat aja hape-ku! Dasar ya, bukannya nyelesein ‘Do You Really?’ malah ngerjain pen pik baru. Dasar pemales! Oh ya, pemeran utamanya Hinata.
SMS Gosip - TRUE STORY
Author: Inuzumaki Helen
Senin sore, anak-anak SMP Labschool Konoha udah pada pulang. Udah pada dirumah malah! Anak-anak kelas 9J, tadi pagi waktu pelajaran komputer disuruh buat undangan pernikahan. Terserah punya siapa! Akhirnya, inilah hasilnya:Hinata: Naruto x Hinata (sambil blushing)
Itachi (lho? Kok ada Itachi di sini?? Iya, dia tinggal kelas. Wekekek..): Sasuke x Sakura (Ikut bahagia untuk adik..)
TenTen: Happy Tree Friends cast (Kenapa engga dia ama Neji aja ya??)
Sakura: Sasuke x Sakura (seneng abis waktu tau Itachi juga bikin. Artinya (calon) kakak iparnya itu juga peduli (lingkungan) ama mereka berdua..)
Moegi (heeeehhh??): Kiba x Hinata (Dia fans mereka berdua. Hinata blushing + gelagapan waktu liatnya)
Anko (HAAAAAAAHHHHHH??): Ron x Hermione (Gibusss…!!)
Kenapa engga ada Ino? Yak! Karena itulah alasan kenapa ni fic dibuat. Kenapa engga ada Naruto, Sasuke, Kiba, Shikamaru, de el el? Karena mereka engga ada di RP kami.
Senin sore, Hinata Hyuuga sudah sampai di rumah. Sudah mandi dan berpakaian, ia kemudian menceritakan semua kejadian seru hari itu, termasuk sewaktu bikin undangan, pada ottousama-nya. Ketika menceritakannya, ia langsung ingat, ia belum tau apa yang dibuat oleh Ino. Selesai bercerita (sambil duduk lesehan didepan kulkas), ia langsung pergi ke kamarnya dan mengambil hape-nya untuk meng-sms Ino. Nah, ini dia sms yang masuk ke hape Hinata dari Ino dan masuk ke hape Ino dari Hinata (karena sms-nya ada pake tanda kurung, jadinya kalo ada a/n ya.. ya a/n!:
From: Hinata
Ino-chan tdi dskolah bwt undangan p’nikahan sapa?
From: Ino
Sai and gue dong! Ada foto waktu gue cipokan ama dia lagi! Aku upload dari hp, hehe..
From: Hinata
ASTAJEEEMM!! Ino, tobatlah kau, nak. Jdilah sprt Tobi the good boy (kok Tobi disebut2?)
From: Ino
Tobi, un? (a/n: Temenku ini RP-nya Deidara juga) Lo kawinanny sapa?
From: Hinata
Naruto-kun sma aku pastinya (a/n: PD)!
From: Ino
(a/n: Skaranglah perang bermulai) Hinata ma Neji kan buta…. (prasangkanya Moegi) hahahah… Hinata kaga punya pupil..
From: Hinata
Biarin! Nyang ptg cantik (heuheuheuheuheu…hohohohoho…hahahahakhak!!)
From: Ino
Cantikan juga ino… Hinata kan butaa..
From: Hinata
Hinata bsa lyat tuh!
From: Ino
Abis oprasi, tp kaga smbuh total, urat2nya aja masih nongol..
From: Hinata
Ino suka pamer2 udel bodong
From: Ino
Hinata gagap, ngomongnya g bener..
From: Hinata
Ino ngga punya slera, milihnya Sai-kun
From: Ino
Sai kan innocent, pnter gambr, g ky naru yg rusuh, piara binatang d badan, kaga punya kandang..
From: Hinata
Gtu2 binatangnya kan imut. Cowo rusuh kan artinya enak d’ajak maen. Dripada Sai, gbr mulu, kga ada ekspresi (a/n: Hampiiirr.. ajah nulis ‘ekskresi’..)
From: Ino
Bnatang imut apaan, oren gitu, bnyk ilernya, naru kan lebai, sai dong, cool gtu..
From: Hinata
Byarin! Lebay2 cakep! Sai cool? Tukul arwana? Dya mah bkn cool, cma dya kga ada ekspresi soale udh kpake abis waktu kcl
From: Ino
Naruto cemongan! Sai mulus dong… Naruto ky duren kadaluarsa..
From: Hinata
Sai mah mayat jalan! Pucet gtu..
From: Ino
Kata sapa? Sai tuh bersih, putih, mulus (narsis..) Naru dekil, bajunya alay
From: Hinata
Sai tu udelnya bodong, msi di pamer2in. Naru kan udh sopan, t’ttp lgih! Eh, dripda adu sms ttg cowo msing2, mending ngomongin cowo org! Ayoh ngomongin Sasuke!
From: Ino
Hyaaahh… Ayo!! Sasuke kan ayam kegencet pager gedung DPR, mkanya, dy pndiem gr2 msi shock… Udah gt rmbutnya jegrak gtu, palagi pas udh gede, pk kmono gtu..
From: Hinata
Udh segede gtu make kimono msa msi g bnr? Cowo2 kta mah klu pke kimono rapih, sopan. Lha ini? Udh dpnnya kbuka, aku rasa clananya jga kbuka, lupa dretsleting kale? Mksdnya byar mecing ama dpnnya. Dpn kbuka, blkng ikut
From: Ino
Kan iket kimonony dari tambang jemuran ungu, ga modal. Kl cwo2 kt kn pke obi yg bagus en mahalan (halah..)
From: Hinata
Iya.. Cwo2 kta kan msi punya uang. Lha ini? Kerjaannya jalaaann.. mulu! Mna tmn2nya di hebi kga ada yg bner
From: Ino
Tauk tuh, dah gt kan masa dy ngegebuk sakura wkt mw ke orochimaru, jahat bgt, kl cwo2 kt kn baek n romntis..
From: Hinata
Iya dong! Pokoe, cowo kta are the best! Drpda anak ayam, kerjaannya cma minta mkn ama mamihnya doang en matok2 org
Engga ada balesan… Hinata kesepian. Akhirnya ia ngebuka topik baru.
From: Hinata
Gmn dgn Neji? (jgn! jgn omongin sodara ndiri! tpi blh jga si..)
Akhirnya.. ada balesan juga!
From: Ino
Neji kan wkt bayi itu cewe, trus d kutuk jdi cowo, rmbt ny aj gtu, g mempan d potng, yg ada gntingnya rusak, COWOK KITA AR DA BEST!! Hdup saiino n naruhina…!!
From: Hinata
Wekekek (a/n: Hinata? Wekekek?? Oh, itu aku..)! Dya tuh sbenernya niatnya dkutuk jdi biawak (atas dasar apa kamu ngomong begitu?) tpi g jdi, akhirnya jdi cowo. Dya itu rambutnya sllu dblg indah, tpi tnyata.. kusut abis! En dalemnya ga pernah dkramas. Tyap hri sllu minta aq nyisirin. Butuh 2 ½ jam bwt nyisirin! (akhir2 ini aq bru nyadar klo alasan aq sring hampir tlat itu karna DIA!) (a/n: Aq sring hmpir tlat loh..)
From: Ino
Wah,parah bgt, tuh, kan neji keramas ny pk sbun colek, wekekeke, bnr ga, tuh hinata?
From: Hinata
Bner bgd! Ko Ino tw si? Udh ya, hinata-chan mw les, ntar klo udh, aq sms lgi
Nge-gosip via SMS akhirnya terhenti sementara disitu.
1 jam kemudian…
From: Hinata
Hhe.. Nggosipin cowo org-nya dlanjutin bsk ajh ya, Hina-chan mau tidur.. Met bobo Ino-chan!
From: Ino
Arigatou, hina-chan…
--
Gajebo abis kan? Eh, ini cerita asli loh! Kalo ada yang masih binguuuungg.. nih aku ‘clear’ semua:
Di sekolahku, SMP Labschool Jakarta (which is why nama sekolahnya Labschool Konoha) aku dan temen2 pada buat RP pake chara Naruto. Aku dapet Hinata, yang dapet Itachi adalah oondagubrakitachi, yang dapet Ino adalah Alice Glocyanne (smua nama pen name ) selainnya adalah temen2 yang lain.
Sebenernya Sasuke ada, tapi aku maaaleeesss… ngeliatin dia bikin apaan. Aku engga begitu akrab ama dia. Well, akrab sih, Cuma ga begitu akrab (gimana siiii??)
Kalo masih ada nyang engga ngartos, REVIEW skalian TANYA!! (Taktik penambah review #2..). Dan maap kalo' ada kesalahan teknis lainnya.. hihihiiii...
DRAMA GOKIL
Tema: Pemberontak
Author: Aika-Chan126
Language: Indonesia
Allow!!Inilah my pirst panpik yang ancur
Dibaca ya!!
Tokoh:
Anak babi 1:Inuzuka Kiba
Anak babi 2:Uchiha Sasuke
Anak babi 3:Haruno Sakura
Anak babi ‘N’:Uzumaki Naruto
Serigala:Uchiha Itachi (habis..gak ada ide lagi)
Jreng jreng jreng layar panggng telah diangkat
“Pada zaman dahulu kala,di suatu tempat hiduplah 4 anak babi”kata sakura yang membacakan prolog (ato apalah namanya)
“4 anak babi?bukannya Cuma 3?”(sasuke)
“perasaanku gak enak deh”(kiba)
“dan tokoh utamanya aku!!”(naruto)
Story start!!
Karena para 4 anak babi baru menemukan hutan tempat tinggal mereka yang baru,mereka akan membuat rumah
Kiba babi membuat rumah dari jerami
“karena ringan aku bisa membuatnya”jelas kiba
Sasuke babi membuat rumah dari kayu
“gimana lagi?bahannya Cuma ada ini sih!”kata sasuke
Sakura babi membuat rumah dari batu bata
“kekokohan yang paling penting!”kata sakura
Sedangkan Naruto babi…
Dia hanya bermalas-malasan saja
“hei naruto kamu tidak membangun rumah?nanti kalau hujan bagaimana?”
“tenang saja sakura-chan,aku tidak akan kehujanan kok!”
Tanpa sengaja naruto menemukan gua,jadi disanalah ia tinggal
Lalu serigala(itachi)datang
“babi,babi, daging babi!!”
Lalu sang serigala meniup roboh rumah jerami milik kiba babi
Kiba pun terpental sejauh 345 meter
Naruto babi yang melihat kejadian itu pun lalu..
“yeeaah,ayo beraksi!!”
Dengan sigap dia menangkap jerami-jerami itu
Lalu dia membuat tikar,sepatu jerami,rompi,taplak meja sampai hiasan dinding
Interior gua itu menjadi sangat bagus!
Sang serigala dating lagi,kali ini dia meniup roboh rumah kayu milik sasuke babi
Dan lagi-lagi..si naruto bai menangkap semua kayu-kayu tersebut
Kayu-kayu tersebut pun dibuat menjadi pintu gua,tempat tidur dan lemari
Lalu sang serigala berniat meniup roboh rumah batu bata milik sakura babi
Tetapi dia gagal
“dasar serigala bodoh!rmah batu bata mana bisa di robohkan dengan ditiup!tapi aku harus mendapatkan batu bata itu!”
Lalu naruto babi memberikan palu besar kepada serigala itachi
“bodoh!nih pakai palu ini!”
“he..DASAR BODOH!”
DOOOONNGGG
Sang serigala memukul naruto babi,akhirnya naruto babi tertangkap
Dan serigala itachi sangat senang karena akhirnya dia bisa makan daging babi
Agar susah dimakan,naruto babi berteriak sekencang kencangnya
“hweeeee,hentikan!jangan makan aku!rasaku tidak enak!”
“berisik amat sih ini babi!”
Lalu serigala akan menyumpal mulut naruto babi dengan batu
“eh mulutku yang ini”
Karena naruto babi menunjuk hidungnya maka…
Serigala itachi menyumpal hidungnya
“yeah!jurus bom hidung!!”
TARR TARR
Lalu naruto babi meniup batu yang ada di hidungnya dengan nafasnya ke muka serigala
(bayangin aja sendiri susah di katain)
Sang serigala yang marah pun mengayun ayunkan palu besar itu secara membabi buta dan rumah bata itu dihancurkannya
Lalu serigala pulang ke hutan sambil menangis
“hooooorrrrreeeeeee,kita berhasil mengusir serigala itu!!”
“ha?kita?gue aja kali lo enggak!”kata naruto babi
Karena tidak punya pilihan,kiba babi,sasuke babi dan sakura babi tinggal di gua milik naruto babi
“duh,se..sempitnya”kata sakura
“oya,kalian tahu kan kapan harus bayar uang sewa?”
“siapa yang mau bayar!?”(sakura)
“kamu diam saja deh!!”(sasuke)
“dasar kamu inii…..!!”(kiba)
“hehe dramanya sukses,!!”
THE END
AADA(Ada Apa Dengan Anbu)
Ada Apa Dengan Anbu AADA
Disclaimer: Mashashi Kishimoto buat narutonya…lagu2 yang ada disini milik penyanyinya…
ADA APA DENGAN ANBU?
By. Neitai
That’s Anbu no asrama, letaknya di tengah-tengah desa Hidden Leaf Konoha. Strategis, lebih dari ratusan siswa menghuni asrama ini, baik itu dari Konoha, Suuna, Otogakure, Mizu, de-el-el…pokoke terkenal, fasilitasnya top. Ada kelas plus ac dan home theatre, ada kantin yang diregistrasi perorang, ada lapangan olahraga, taman, praktikum no heya, praktek shinobi no heya. Asrama bagi yang tempat tinggalnya jauh dari Konoha. Sensei-nya pun gak sembarangan, yakni para Sannin, Anbu dan Jounin profesional serta tak lupa para Hokage. Sebut saja yang terkenal, Hatake Kakashi, Maitou Gai, Jiraiya, Uchiha Itachi, Kabuto, Sarutobi Asuma, Umino Iruka, Kurenai, Ebisu-sama, Shiranui Genma, Gekko Hayate, Morino Hibiki, Anko Mitarashia, Tsunade ( Godaime ), Uzumaki Arashii ( Yondaime ) dan Hokage Ketiga, Sarutobi-sensei. Top abis khan? Nah…berminat mendaftar? Hubungi Lee di nomor berikut…0817..“JEDUAKZ!.”
Lee memegangi kepalanya yang benjol, Sasuke mendelik dengan tajam,
“Jangan ulagi kata-kata promosi itu di depanku untuk kedua kalinya.”
“Enek ah, Lee-san…,” Neji mengangguk, menyandangkan tas selempangnya, “Kita udah denger itu setahun yang lalu, kayak baru masuk aja,”
Lee manyun, “Yah, kan hitung-hitung nostalgia sejenak sebelum peresmian kalian jadi Anbu,”
“Dan kau jadi manajer tim, kan,” lanjut Sasuke, Gaara menyela dari belakang Naruto yang masih asyik menikmati crepenya tanpa banyak omong,
“Manajer band, sekaligus,”
“Oh—ngomong-ngomong soal band, minggu depan kalian harus manggung di desa Mizu, lalu perayaan hari anak-anak di daerah sebelah Hikari Gakure, lalu setelah itu ke…,”
“Udah, ayo masuk, urusai…,” Sasuke mendengus, menggeret lengan Neji, Naruto, Gaara, dan tak lupa Lee, sekaligus masing-masing dua di tangan. Mereka mengikut saja diajak sang leader, daripada di-chidori. Gaara manyun.
Mereka agak tegang, kecuali Lee. Karena dia jelas tak mungkin ikut pendidikan Anbu setahun ini seperti yang lain, dia menjadi manajer tim Anbu dan band Sasuke yang diketuai Shikamaru. Hari ini mereka berempat akan mendapatkan training terakhir menjadi Anbu, terakhir, tapi kata Lee paling gak enak, dan tentang apa training itu, cuma sensei mereka yang tahu.
“Uchiha,” Gaara nyeletuk, “Mau mukul seseorang nggak,”
“He,” Sasuke bengong, “Maksudmu,”
“Tuh…,” Gaara nunjuk ke belakang, ke gerbang, Neji yang harusnya berjalan di belakang mereka sedang ditahan sama Itachi, masih pakai kemeja putih lengan panjang sama capochin bercelana hitam. Tampak sedang memaksa Neji ngobrol,
“Ngapain si Itachi,” Naruto membuang bungkus crepes ke tempat sampah, lalu kembali ke dekat Sasuke, “Ngobrol sama Neji-san ya,”
“Bukan ngajak, tapi maksa,” sahut Gaara senang, andai ada kamera, rekaman pembantaian Itachi Uchiha oleh adiknya pasti bisa dijual mahal, soal ekonomi, pake prinsip Kirimaru!.
“Tolongin dong…kalo nggak kita bisa telat,” Naruto memegang lengan Sasuke, uh…angka satu beraksi, Sasuke langsung mengembangkan hidung,
“Oke…,”
Di gerbang, Itachi menggenggam erat pergelangan tangan Neji, yang terus-menerus menghujaninya dengan satu kata berulang-ulang,
“Lepas! Lepas gak,”
“Ngobrol dikit aja nggak boleh,”
“Aku bisa telat, Inken na! Lepas nggak,”
“Nanti malam ada acara nggak,”
“Ada,”
“Pergi sama aku ya,”
“Nggak mau!.”
“Aniikkkkkkiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii….”
Gleg! Itachi perlahan menoleh, suara seksi nan dingin itu…
“Ah..aho…B…baka otoutou…hai, ohayo gaozaim…,”
“Jangan basa-basi,” Sasuke melipat tangan dengan sharigan tiga user-usernya, Itachi nyengir,
“Pinjem Hyuuga-nya bentar ya,”
“Nggak boleh! Neji harus ikut masuk sekarang! Segera enyah sana! Cepet,”
“Bentar lagi dong…sepuluh men…,”
“Nggak,”
“Lima men…,”
“Nggak…,”
“Tiga men…,”
“Nggak,”
“Satu men…,”
“Gaara,” Sasuke berteriak tanpa menoleh, “Pasirmu nganggur tidak,”
“Ya…,”
“Sabaku dia…,” Sasuke berbalik, menyeret Neji menjauh dari kakaknya, dan Itachi cuma bisa ngacir saat Gaara dengan senyum licik membentuk pose Sabaku kyuu ke arahnya. Kabur desu!.
“Rasain, arigato, minasan…mau kemana kita,” Neji bertepuk tangan, Lee menunjuk ke bangunan sebelah bukit Hokage, tempat dimana biasanya Yondaime bersemedi. Bersenang-senang sembari mandi. Habis ada onsennya.
“Doko? Kamana atuh? Kok nggak di asrama saja,” Naruto merengut, Sasuke melingkarkan tangan di pundaknya, nyari kesempatan,
“Takut,”
“Siapa,”
“Usuratonkachi…,”
“Bastard,”
“Kodomo-chan,”
“Teme’…,”
“Amayakasu…,”
“Pervert,”
“Boys…ahooo…tolong berhenti sebentar, plis…,” Neji menengahi mereka, “Kok jadi olokan sih,”
“Aku heran…,” Lee berbisik di telinga Gaara, that’s tickles,” Kok mereka bisa awet ya,”
“Tanya Galileo,”
“Thanks atas usulnya,” Lee mencibir, dengan agak tertatih dia mengikuti keempat temannya menuju ke bangunan yang imaksud tadi, tangan Sasuke masih saja melingkar di bahu Naruto walau yang bersangkutan sudah menurunkannya berkali-kali.
Tepat di depan pintu masuk, mereka bersua Shikamaru, yag dikomentari makin seksi saja bibirnya…pas sekali, makin monyong 3 inchi. Maka mereka pun masuk bersama-sama.
“Gimana aturannya, Lee-san,” Neji menoleh ke arah Lee yang langsung membuka catatannya cepat-cepat,
“Eng—ada empat lantai yang harus dilalui, setiap lantai dijaga. Dan yang menjaga kita adalah tim sensei yang sudah ditunjuk Yondaime bersama Godaime. Kalian harus melewati keempat lantai dengan selamat. Untuk dapat dilantik jadi Anbu, paling tidak lewatilah tiga diantara empat itu, tapi yaa…kalau bisa dilewati semua ya bagus!.”
“Ada hukuman?.” Gaara melirik, Lee menggeleng,
“Cuma pemantapan yang agak miring,” dia nyengir, “Kalian mau tahu siapa saja Kochi-nya,” balasnya dengan mulut sedikit dimonyongkan seperti Shikamaru, yang lainnya berjalan sembari menoleh penasaran,
“Satu tim kan,” ujar Naruto, “Siapa,”
“Semuanya ada empat, yakni dua Anbu, satu Jounin, dan satu Sannin,”
“Pasti Kakashi-sensei ya,” tebak Naruto, dia manyun saat Lee mengangguk, “Yaahh…,”
“Lalu sannin itu pasti Jiraiya ojii-san,” Naruto menebak lagi, semuanya menatap Naruto heran,
“Kok tahu,” Lee tercengang. Naruto meringis sambil menggaruk-garuk kepala, “Soalnya sannin kita hanya ada tiga kan? Orochimaru ojii-san, Jiraiya ojii-san, dan Godaime. Si Orochimaru terlalu tua untuk menghadapi kita, Godaime jelas tidak mungkin, jadi…,”
“OOOHHH…,”
“Tidak perlu koor-dong,” Gaara mendengus, menaiki anak tangga duluan, Sasuke menyusul di belakangnya,
“Tapi aku yakin kau tidak akan suka ini, Sasuke…,” Lee meneruskan membaca catatan, “Uchiha Itachi kan Anbu juga,”
“DEG!.”
Sasuke mencelos sekejap, “Aniki ikut njaga,”
“Ho-oh,” jawab Lee bloon, tangan Sasuke mengeras,
“Oke…coba saja dia berani ngapain,” balasnya ngotot, Gaara terkekeh, tak menghiraukan kelima temannya yang ternyata mengerumuni buku catatan Lee,
“Hai, ayo cepat,” dia mengajak, tapi mereka malah nyengir dengan mata melengkung, Gaara jelas curiga,
“Nani Soundayo ne,”
“Tahu tidak siapa Jounin di lantai kedua nanti,” Lee tertawa pelan, serempak dengan saat Gaara angkat bahu, Shikamaru, Neji, Sasuke, dan Naruto mengepungnya dari mepat arah. Depan, belakang, kanan, kiri, dan berbisik mesra bersamaan,
“Genma……….”
“BUSH!.”
Sesuai perkiran, muka Gaara langsung memerah, dan lucu sekali. Mukanya yang berwarna framboize merona jadi agak pink. Khekhekhe…lima kali.
“Yaah…sudahlah,” Shikamaru menyela dan melewati Gaara sok penting, “Sebagai sesama penganut aliran cowok suka cowok, kalian harusnya ber…,”
“Rasengan!.”
“DUAARR!.”
“Chidori!.”
“BLARRR!.”
“RokuJyuu no Tataku!.”
“BUAKK!.”
“Sabaku Sousou!.”
“CROTH!.”
“Ups…,” Lee menutup muka dan matanya bersamaan,
“Kuharap dia masih hidup.”
Lantai 1…Kochi: Jiraiya (Sannin)
“Yahhhhh, si pervert,” Naruto mengeluh, “Ahooo…Jiriya-sensei,” dia meletakkan tepi telapak tangan di kening, mengucap salam pada seorang pria berambut putih mbegar dengan sake botol di tangannya, duduk di bebatuan dekat kolam ( di dalam bangunan ada kolam? ) yang dipenuhi teratai di sana-sini.
“Lho,” Jiraiya melongo, “Jadi kalian yang mau ujian hari ini,”
“Ya…,” jawab Shikamaru,”Kami berlima,”
“Kenapa mukamu? Kok ancur,”
“Aha…ha…,” Shikamaru nyengir, “Sedikit accident di tangga,” ujarnya diiringi pelototan dingin dari keempat temannya. Berani-beraninya mengejek mereka, walaupun…memang benar sih.
“Oke…jadi apa nih yang harus kami lakukan,” Sasuke melipat tangan dengan wajah tidak sabar, Jiraiya mengerenyit tapi cengirannya makin lebar, tiba-tiba dari dalam kolam muncul seekor katak supergede berwarna oranye bentol-bentol, berpose peace norak dan berbaju kuning ngejreng bertotol merah tua. Pakai kacamata item lagi! Plisss dechh!. Nggilani!
“Ga—gama Kichi,” Naruto menunjuk dengan mata melebar, yang lain hanya bisa bengong nggak ngerti,
“Gama kichi? Donata desu ka,” Neji menggigit bibir, “Apa bedanya sama Gama bunta ouyabin yang selalu kau sebut itu? Naruto-chan,”
“Anaknya,”
“Nani,”
“Kami harus apakan dia,” tanya Sasuke, “Dibantai,” balasnya, Gaara tertawa senang, daraaaahhh…I love you. Jiraiya meggeleng cepat,
“Dibuat sate katak,” tanya Sasuke lagi, “Kebetulan laper nih….”
Gamakichi mengerut, semua Uchiha memang nggak ada yang waras.
“Kalian harus menungganginya,” Jiraiya menjawab.
“Only that,” Shikamaru mencibir sok asing, “So easy,”
“Jangan senang dulu,” Jiraiya mengeluarkan sesuatu dari balik bebatuan, sekotak gede kaset-kaset, dan…sebuah mini compo keluaran philips. Yang lainnya mendelik heran,
“Buat apa,”
“Kalian akan menunggangi gama kichi, tidak boleh jatuh, boleh pakai jutsu kalau perlu. Dan poin penting dalam tantangan ini adalah, Gama kichi akan berjoget…,” Jiraiya menyambar salah satu kaset, dimasukkan dalam tape, lalu menunjukkan covernya,
“Diiringi lagu TOXIC….”
“BRUAK!.”
“Lho? Jatuh,” Jiraiya nyengir,”Gampang kan? Tapi kalau kalian tidak suka Britney Spears, aku masih punya Numb-nya Linkin Park, SexyNaughtyBlitchy Tata Young, Go-nya Flow, Colibre-nya Maksim, Yeah-nya Usher, Lose My Breath-nya Destiny Child, Heaven of Love-nya Bautista, atau…,”
“Cukup deh,” Sasuke menghela napas, “Dimulai saja,”
“Yayayayaya…Gama Kichi, kau siap,”
“ROGER!.”
“Oke...urut absen ya? Hoi! Suna! Kau duluan,” Jiraiya memencet tombol play, Gaara naik ke atas punggung Gamakichi, dan seketika itu pula lagu toxic pun mengalun, Gamakichi spontan berjoget,
“With a taste of your lips I’m on a ride
your toxic I’m slipping under
with a taste of poison paradise
I’m addicted to you
Don’t you know that you are toxic…
And I love what you do
Don’t you know that you are toxic.”
“Uwaaaa…,”
Gaara terlonjak-lonjak, mati-matian pasir menghalanginya agar tidak jatuh, hanya bergoyang ke kiri-kanan mengimbangi gerakan gamakichi yang beremangat mengikuti ritme cepat si toxic.
“Hwaahhh…,” dia terbanting ke punggung yang bertonjolan, pasti sakit. Untung nggak jatuh tuh, coba jatuh, pasti akan…hehehe...batin Sasuke licik. Jiraiya memandangi stopwatch,
“Stop! Turun,”
Gaara lemes, dibantu Shikamaru dan Neji dia turun dari pungung gamakichi, kliyeng-kliyeng. Pusing.
“Neji Hyuuga,”
“Aku boleh pilih lagu kan,” Neji mencopot jaketnya, lalu bergegas ke tempat kaset, menarik salah satunya,
“Best Collection of Destiny Child,” tanya Shikamaru bergidik, Neji ngangguk, “Lose my breath…tolong diputar,” dia menggulung lengan kemeja. Naik ke atas gamakichi dalam satu kali lompatan, Jiraiya angkat bahu, dan…
“Ready? Go,” Neji berteriak, suara menghentak dari para anggota destinys child langsung bergema di ruangan itu,
“Gila! Dia mikir apa sih,” Shikamaru melongo melihat Neji dengan lincahnya menari di atas gamakichi yang entah kenapa gerakannya sama dengan cowok narsis di atasnya itu. Tanpa pegangan, Sasuke dan Gaara menatap bengong. Naruto asyik-asyik aja mengikuti gerakan Neji, asyik lagi!. Goyang kiri, goyang kanan, hentakkan pinggul! Go! Right here! Right now!
“Turun!.”
“Yeah! Selalu berhasil!.”
“Selanjutnya. Anaknya Arashii, ah—ya, Naruto…,”
“Osh,” Naruto mau, melepas jaket dengan santai, dilemparkan ke Neji, lalu memanjat pungung anak gama oyabin itu,
“Tata young…tolong ya,” dia melirik Jiraiya, yang langsung mengangguk,
“Jangan pakai sexy no jutsu!.”
“Hehehehe…,” Naruto nyengir, “Oke! Ayo mulai,”
“I pick all my skirts to be a little too sexy
just like all of my thoughts they always get a bit naughty
when I’m out with my girls I always play a bit bitchy
can’t change the way I am, sexy naughty bitchy me!.”
“CROTH!.”
“CRUOTH!.”
Sasuke dan Gaara langsung mimisan, gimana enggak? Naruto berjogetnya sexy banget! Cuma pakai kemeja sama celana bercelemek, keren abis! Gerakannya meliuk-liuk persis kayak tata young di video klipnya. Croth! (lagi)
“Stop! Turun!.”
“Lha,” Naruto protes, “Kan belum setengah jam, ojii-san!.”
“Tapi kau membuat dua anbu sok tahu itu bersimbah darah, bodoh…, turun gih…,” Jiraiya menggeleng, dengan manyun Naruto turun dan menyambar jaketnya setelah menerima kotak p3k dari Jiraiya, tentu untuk mengobati mimisan dua cowok yang lagi horny tadi.
“Shikamaru Nara…,”
“Lho? Bukannya Sasuke duluan,”
“Mau nyuruh orang mimisan naik gama kichi? Bisa ditendang, baka…,” Jiraiya menyahut tenang, Shikamaru nginyem,
“Jangan monyongin bibir dong,” Gamakichi memelototinya, “Punya kamu lebih tebel ya,”
“Diolesin madu tiap malem,” kilah Shikamaru tak mau kalah, “Jangan bandel ya? Pelan-pelan saja…,” dia menenangkan, tapi gamakichi yang males dinaiki orang yang ngalahin keseksian bibirnya itu membelot, begitu suara falsetto Orange Renji terdengar…
Sekaijuu hora waraatte sora miagete saa tachiagate…o yeah!
Sekaiju hora kawaatteru minna ganbatte saa tachiagate…o yeah!
“BRUAK!.”
Shikamaru tergelincir, jatuh tepat di lantai semen tepi kolam, untung nggak kecebur, Gaara terkikik di sela-sela darah dari hidungnya.
“Jatuh?.” Jiraiya mendelik, “Kurangi 5 point, dan ini hadiah untukmu,” dia mncoretkan seulas tinta hitam berbau katak diatas hidung Shikamaru diagonal sampai menutupi mulut. Huekzz!
“Huweee…,” Shikamaru berdiri sambil memasang tampang imut, “Masa dicoret sih? Bibirku yang seksi jadi gak seksi la…,”
“Buak!.”
“Kliyeng…,”
Shikamaru semaput dibanting Sasuke dari belakang, cowok itu sudah berdiri di depan gama kichi dengan hidung terbalut tissu. Buru-buru Jiraiya mengikat kedua tangan Sasuke di belakang punggungnya.
“C..cho..chotto matte! Apa-apaan ini? Kenapa aku diikat!.”
“Soalnya ini request dari Sandaime, kau paling emosional kalau bertindak, bisa kutebak kalau nanti kau pasti menggunakan chidori…atau…,” Jiraiya menotok keningnya,
“Sharigan…sampai setengah jam ke depan tidak bisa kau gunakan…,”
“Curang,” delik Sasuke, sembari melompat dengan tangan terikat di atas Gamakichi,
“Request dari si Arashii…,” Jiraiya mengeluarkan kaset sekaligus, “Aku akan mengganti-ganti lagunya, jadi siap-siaplah bergoyang…kau butuh olahraga.”
“Siap? Mulai!.”
“ I’ve become so nummmbbb!.”
Wuaaa…Sasuke mundur ke belakang, karena gamakichi tiba-tiba melompat, dia harus bolak-balik maju mundur agar seimbang. Baru beberapa menit menguasai gerakan, Naruto disuruh Jiraiya mengganti kasetnya lagi,
“Nee kikoe masu ka? Sora wa hate shinaku aoki sunde ite….,”
Lha…pelan..Sasuke menghentakkan kakinya ke depan dan ke belakang, gamakichi bergunyuuu…
“Wake me up! Wake me up inside! Call my name and save me from the dark!.”
Dak! Sasuke mundur ke belakang, hampir saja dia tergelincir kalau chakra di kakinya telat keluar, wushh! Dia melompat ke kepala gamakichi, menirukan gerakannya dari situ.
“Para penontooonnn…bapak-bapak ibu-ibu semua yang ada di siniii…,”
Dangdhuth! Sasuke nyaris bergelundung saking kagetnya, tahu-tahu saja gamakichi ngebor, akibatnya tubuh Sasuke serasa dibor, gemetaran.
“Beetle-beetle in the park!.”
“You’re always gonna be my love, imawa mada kanashimi o shitemo….”
“I want to change the world!.”
“Just wild be communication! I nebi tsukaenagara..,”
“Go! Go! Go! Ale-ale-ale!.”
“Berakhirrrr…di Januariiii…..”
“Stop,” Jiraiya berteriak bersamaan dengan telunjuk Naruto yang mematikan tape itu, Sasuke melompat turun dengan napas ngos-ngosan, mata kliyeng. Tapi dia masih bisa berjalan sendiri menuju ke tempat Neji,
“Lepasin,”
“Oh-ya,” Neji bergegas mengotak-atik tali yang mengikat tangan Sasuke, Jiraiya mencatat hasil Sasuke di atas notebook, dia tersenyum puas,
“Bagus sekali, oi! Shikamaru…kau harus lulus ujian berikut, ingat ya!.” kata Jiraiya sambil ngakak, “Ganbatte kudasai! Ayo gamakichi! Kita comeback!.”
Mereka menaiki tangga kedua, pintu lebar terbuka dengan sapuan debu menyambut mereka saat menginjakkan kaki di lantai dua, Naruto tercengang melihat isi di balik pintu itu, ruangan dengan sebuah maket padang pasir lebar bergerumuh. Seorang pemuda tampan berambut keemasan menggigit sebatang lidi dengan ikat kepala simpul mati warna biru. Duduk di atas gundukan pasir.
“Genma-san!.” Naruto berteriak, Genma menoleh,
“Oh—sudah datang,”
“Kochi-nya,” Neji menunjuk dan Genma mengangguk, Sasuke menyusul ke dalam bersama Shikamaru.
“Aku nggak mau basa-basi, kalian lihat ke sana saja langsung,” Genma mengarahkan telunjuknya ke depan, dan sebuah buket besar berisi kaktus meksiko kecil-kecil berduri tajam muncul ke permukaan. Sasuke mengerenyit,
“Kau mau apa,”
“Menyuruh kalian melewatinya,” Genma mengedip, “Dilarang pakai jutsu selain chakra di kaki, gampang kan,”
“Easy,” Neji bergumam, “Kelihatannya sulit…,”
“Ah—sudahlah, lakukan saja….”
“Dari siapa dulu? Genma-san,” Naruto mendekat, “Aku ya,”
“Nara…,” Genma mendelik sembari mencabut lidi dari mulut, “Kau duluan.”
“Aku,”
“Kau tidak lulus ujian pertama kan? Coretan itu apa,”
“Iya! Iya! Aku dulu!.” Shikamaru berjalan, hendak melangkahkan kakinya, Genma berteriak,
“Dilarang juga pakai sepatu!.”
“Haahhhhh!.”
Dengan cepat Genma berputar ke arah yang lain, dipandangnya sisa anbu tadi,
“Kalian tolong berbalik,”
“Kenapa,” tanya Naruto, Genma mesam-mesem,
“Karena ini akan sangat tragis,”
Semua menurut ketika Genma membalikkan badan mereka,
“Berbalik ya, Uzumaki …,”
“Oke…Genma-san…,” jawab Naruto riang,
“Uchiha…berbalik…,”
“Hmm…,”
“Hyuuga-san, berbalik juga,”
“Baik…,”
“Suu…glek,” Genma terbelalak kaget, si Gaara tiba-tiba nyengir di depannya, tinggi mereka sepadan, jelas Genma mundur karena Gaara tepat di depan mukanya, close up. Tatto Ai jelas terlihat. Merah menyala.
“Su—suna-san…,” dia bergumam, “B…berbalik,”
“Baiklah…,” Gaara meringis.
Alasan kenapa Genma meminta mereka membalikkan badan segera terjawab, karena sedetik kemudian, terdengarlah suara-suara memilukan dari belakang, Nara Shikamaru,
“Auw! Aw! Adaw! Sakit! Aduh! Duri sialan! Adauuuhhh! Wuaaahhh! Waw! Aduuhhh! Aw! Aw! Aduh!. Gyaaa! Wa! Awaw!.”
Poor Shikamaru…
“Pasti sakit…,” Naruto membatin,
“Semoga dia masih hidup…,” Neji berdoa,
“Mati saja deh…,” Sasuke ngakak dalam hati, Gaara tersenyum mengerikan,
“Daarrraaaahhh…,”
TWEEEEWWW…
Shikamaru menyeberang dengan keadaan mengenaskan, telapak kakinya luka semua, berdarah-darah. Gaara semangat hendak mendekat, tapi kerahnya ditarik Sasuke sampai dia mencelat,
“Jangan ngeles kamu! Temen diembat juga,”
“Kan darah…,” Gaara manyun, tinju Sasuke mengarah ke mukanya. Naruto dan Neji buru-buru membalut kaki Shikamaru agar cowok monyong itu tidak menjerit-jerit terus (sekaligus menghindari kemungkinan terburuk, diisep sama Gaara) sementara Genma membacakan nilai,
“Hm…berhasil menyebrang, walau luka…kau kululuskan…lain kali hati-hati.” Shikamaru menghela napas lega, yang penting lulus, dia menggumam.
Giliran Sasuke. Sok cool, cowok itu memusatkan chakra pada kakinya, tegag. Dia menginjak kaktus dengan hati-hati, pelan-pelan. Tanpa salah, tak ada jeritan yang keluar saat mereka berbalik, dan begitu Genma menepuk bahu mereka, Sasuke sudah berada di seberang, terduduk, dengan kaki terangkat, mukanya pucat.
“Kau tidak luka,”
“Tidak, tapi tolong dong…,” Sasuke melambai—malu, “Kakiku kram nih….”
“Ya ampunn…,” Genma menepuk jidat, “Tolong diurus dong, Uzumaki-san…,”
“Oke…,”
Neji maju ke depan, dia tak lupa mengeluarkan sisir dan bedak, dasar narsis. Penampilan tetep nomer satu, tanding pun harus keren. Sambil menaiki maket dia buru-buru merapikan wajahnya,
“Aduh…sudah rapi belum ya? Eh! Keringet! Mesti diusap, ntar jadi flek! Gak bagus buat kulit, aduh…lupa bawa sunblock! Nanti UV-nya nyengat mata….”
“Hyuuga-san…,”
“Ah…Genma-san, boleh pakai kaos kaki? Kakiku baru dipedicure kemaren,”
“Hyuuga-saaaannn…,”
“Bercanda kok,”
Neji segera menyeberang, pelan-pelan seperti Sasuke, dia menggunakan chakra dengan bagus, sesekali dia melompat-lompat, menghindari duri-duri yang terlalu mencuat, aduh…kulit mulus nggak boleh kegores, batinnya.
“Huaahh,” Neji meloncat ke seberang, kakinya dikentrok-kentrok sampai debu yang nempel jatuh semua,
“Ih—pasir! Jijik! Najis! Kotor! Kuman! Bakteri! Jamur! Nggilani!.”
“Dasar narsis,” Sasuke menggelegak, “Kurangi saja nilainya, Genma,”
Genma meringis, tanpa diminta Naruto segera maju, dia memejamkan mata sejenak, memusatkan chakra pada kaki. Lalu dengan langkah riang dia berjalan di atas chakra tanpa menyentuh kaktus, melayang, Sasuke melotot,
“Sejak kapan dia bisa seperti itu,”
“Sejak kau tahu…,” Shikamaru melengos, “Seharusnya kau memantau dong, Sasu-honey…,”
“PLETAK!.”
“Urusai,” geram Sasuke, tak urung dia kagum juga, honey bunny swetty sudah sampai di seberang dengan melonjak-lonjak gembira,
“Genma-san! Genma-san! Lihat! Aku bisa! Aku bisa! Aku bisaaaa!.”
“Bagus sekali,” Genma menulis di catatannya, “Sekarang kalian semua bisa melanjutkan ke lantai tiga, soalnya kalian semua sudah lu…,”
“Genmaaaaa…,”
GLEK!
Pelan-pelan Genma menoleh, Gaara sudah mencengkeram kerahnya dengan mata menyipit, mengerikan.
“Ah…ah..aha, ada apa ya? Suna-san,”
“Memang kau pikir aku di sini untuk apa,”
“Ah-aha…aku lupa, si…silakan,” Genma memiringkan badannya sehingga Gaara bisa lewat, dengan sok dia meletakkan guci super gede itu ke tanah, tanpa dikomando aliran pasir segera mengikuti langkahnya dan membuat semacam permadani dia atas hamparan kaktus, Genma tercengang sampai lidinya terjatuh, Sasuke melotot, Naruto nganga, Neji bengong sampai matanya item, Shikamaru udah nggak berkedip,
“CURANG!.”
“Pluk,”
“Nyampe tanpa luka,” ujar Gaara bangga, hanya sepuluh detik, rekor banget! Genma menulis sampai gemetar, ini tak ada dalam peraturan sih, tapi kok ya bagaimana toh…pengen dilarang, tapi di buku peraturan nggak ada larangan menggunakan pasir. Hhiihhh…
“Ya sudahlah…ayo kita ke atas,” Sasuke mendelik, berurutan, Naruto, Shika, Neji menyusul, Genma menutup note dengan malas. Lalu menggigit kembali lidinya dan berbalik, tapi tangannya ditangkap Gaara cepat-cepat,
“Ehe,” dia melongo, “Suna-san,”
“Eng, ada waktu tidak,” Gaara memerah, “Na…nanti kutunggu di belakang,”
“Nani,”
“Ada…yang mau kubicarakan,” kata Gaara sembari memalingkan wajah, menatap muka Genma yang innocent itu bikin nggak kuwath.
“Baik.”
“Aha…oh—ya, ak…aku ke atas dulu….”
“Eng—anu…Suna-san…,”
“Ya,”
“G…ganbatte…kudasai,” Genma mengangguk sebelum berbalik masuk ke dalam bilik bangunan, Gaara tersenyum. Dia mendongak ke atas dan kaget…
Pasirnya membentuk tanda hati besar di udara…
“HALLOO!.”
Kakashi duduk di atas batang pohon lantai tiga, Sasuke berkacak pinggang,
“Sensei…cepat turun dan katakan apa yang harus kami lakukan,”
“Sebelum itu…,” Kakashi menunjuk ke belakang dengan mata belo, ekspresi bingung yang aneh,
“Dia kenapa?.”
Spontan semuanya menoleh, Gaara berdiri dengan pose pandangan menerawang dan mulut membentuk lubang melengkung. Bunga-bunga bertebaran di atas kepalanya. Wajahnya merah merona melebihi jambu. Baru pertama kali ini mereka melihat Gaara begitu bahagianya.
Naruto mendekat, meraih semua bunga yang ada di atas kepala Gaara,
“Jangan gangguuuuuu…,” Sasuke berbisik pelan, Naruto nyengir,
“Gaara-san,”
“…,”
“Gaara-san,”
“….”
“Gaara-san!.”
“He,”
“Nggak mempan ya,” Neji memegang bahu Naruto, dan mendorongnya ke arah Sasuke, “Biar aku yang coba…,” ujarnya mantap, dia menarik napas dalam-dalam,
“GENMAAAAAAAAAAA!.”
“Ah! di mana,” Gaara terperanjat, celingukan, Neji tersenyum puas.
“Begitu caranya…,”
Naruto melongooooo…oooh…gitux yakx…understandx.
“Kau mengerjaiku.” Gaara memerah lagi, Neji hanya melengos dingin,
“So? Nande,” Sasuke berkacak pinggang, “Apa yang sensei perintahkan,”
“Oh—iya, itu, di sana. Sudah kusiapkan.” Kakashi menunjuk ke satu arah…,
“HAAHH!.”
Semuanya kaget.
“Nggak usah pakai hah dong….” Kakashi melengos,
“HIIIIIHH!.”
“Hih juga nggak boleh….”
“HUUUHHH!.”
“Huh juga nggak usah….”
“HEEHHHH!.”
“Kita mulai saja deh…,” Kakashi menyerah, dasar bandel.
Di depan mereka terletak sebuah kotak hitam supergede lengkap dengan peralatan canggih dan kamera-kamera di sepanjang dindingnya. Tulisan Konoha BlackBox Nation-nya terpampang di pintu masuk kotak.
“Masuk ke sana, perlihatkan beberapa kehebatan bakat kalian, istilahnya sih…show your intelegent, are you understand?.” Kakashi menjawab singkat, “Shitsumon ga arimasuka?.”
“Ada….” Neji mengangkat telunjuk, “Kita boleh ngapain aja kan?.”
“Ya.”
“Oke—thanks.”
“Ini keahlianku…,” Shikamaru berujar dengan sok, iya—iya…batin Sasuke, bibir monyongmu itu sudah merupakan suatu kelebihan….
“Kita mulai, dengan…Hyuuga,” Kakashi membuka pintu kotak. Neji masuk dengan agak grogi, tapi,
“Wuushhh….”
Dengan super anggun, Neji bergaya layaknya bintang shampoo profesional, rambut hitamnya yang aslinya terikat tinggi dilepas dan dikibar-kibarkan kesana-kemari,
“Waahh…,” Naruto menganga, memandang Neji dari monitor di dinding kotak, “Neji cantik….”
“Fiuu…,” Shikamaru bersiul rendah, “Kalau nggak ingat dia cowok, kayaknya bakal aku jadiin pa…,” dia berhenti, karena Gaara dan Sasuke memandangnya bersamaan—sinis.
“Siapa tadi yang ngejek kami,” tanya Gaara manyun, Sasuke nyibir,
“Dibunuh Itachi baru tahu rasa….”
Selesai bergaya, Neji kembali mengikat rambut. Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari jaket, yang tahu-tahu berkelotak membuka ke segala arah membentuk beberapa ruang datar dengan alat-alat kosmetik khusus cowok di sana-sini,
“Senjata rahasia,” tanya Kakashi bingung, Sasuke ngakak,
“Iya...rahasia yang bikin aniki nguber dia sepanjang hari….”
Benar sih…Neji mulai menggunakannya, pertama, alis. Dibentuk rapi dengan pinset dan pensilnya. Mata, bulunya dilentikkan pakai penjepit. Pipi nggak diapa-apain, karena memang sudah merah. Bibirnya dioles liplint…basah kayak jelly.
“Gila…,” Shikamaru mengusap iler, “Cantik, men…,”
“Iya, cret…,” sambung Naruto ngeles. “Kalau begini aku nggak heran kenapa Itachi-san ngebet banget.”
“Hoi, hallo…,” Gaara menggerak-gerakkan telapak tangan di depan mata Shikamaru yang nggak berkedip—“Yah, tewas.”
“Berikutnya apa lagi, Hyuuga,” Kakashi berbicara lewat mikrophon. Neji mengacungkan jempol, dia menutup matanya sejenak, urat-urat pucat langsung bermunculan di sekitar mata,
“BYAKUGAN!.”
“Ah, Shikamaru bengong, ngapain? Oh? Naruto-san! Awas! Tangan Sasuke-kun usil di belakang, Gaara-san. Bunga-bunganya belum ilang dari kepala? Kakashi sensei…kalau mau alat-alat ini nanti boleh diminta kok, buat Iruka-sensei kan,” celoteh Neji super cepat. Rupanya ilmu membaca pikiran. Kakashi salting, soalnya semua memandanginya heran,
“Ahaa…ha…aku pikir, Iruka pasti senang kalau diberi itu…,” katanya malu. Neji ngikih pelan, “Tukar tambah pakai nilai,”
“O—itu nggak bisa, kau boleh keluar,” Kakashi membuka kembali pintunya, dan Neji keluar dengan wajah berseri. Habis dandan, jadi fresh…Sasuke yang menyusul masuk sempat berbisik di telinganya,
“Cuci muka sebelum aniki jadi horny.”
“Oke.”
Pintu ditutup, Naruto sudah menduga apa yang akan ditunjukkan Sasuke untuk pertama kali.
That’s right! Pose keren! Cowok yang merasa tampan melebihi Tom Felton itu segera memasang berbagai pose yang mirip-mirip coverboy kalau lagi nampang di majalah Konoha yess. Iyalah. Sasuke kan coverboy tahun ini. Shikamaru dan Gaara buru-buru menoleh ke belakang menahan muntah. Rasanya perut mereka pengen pusing. Si Neji dengan minat memperhatikan gaya-gayanya Sasuke, bersama Naruto tentunya.
Gaya selesai. Pose kelar. Giliran jutsu. Sharigan beraksi. Mata user-user itu menyala-nyala. Kakashi dan yang lain buru-buru merem. Habis Sasuke mandang pas ke kamera.
Selesai menyebarkan nightmare, sulingnya dikeluarkan, melantunlah Akeboshi dari dalam kotak. Kepala kelima orang yang ada di luar bergoyang ke kanan-ke kiri. Lembut sekali. Mata Gaara merem-melek, Neji tanggap, dia mengeluarkan kikir dan mengasah gigi taringnya sejenak, lalu…
“KRAUK!.”
“Wadawww!.” Gaara terlonjak kaget, dia mengibaskan tangan kesakitan,
“Apaan sih? Gigit sembarangan, emang aku takoyaki apa?.”
“Kalau kamu tidur, siapa yang bakalan ngurus si Shukaku? Enak aja!.”
“Kan ada Kyuubi.”
“Kyuubi dan Shukaku kan beda!.”
“Woi, berhenti, sudah selesai,” Kakashi mengaba-aba. Sasuke keluar dengan muka cool, Gaara menyusulnya masuk.
MASKARA ALWAYS! Sekotak kecil maskara hitam asli negara Suna langsung dia praktekkan di depan kamera. Mengoleskan tebal-tebal di atas pelupuk matanya yang tak beralis sehelaipun. Semuanya dapat melihat bagaimana mata Gaara sebeum pakai maskara. Sipit. Mungil, bersinar. Mirip mata orang cina. Naruto tertawa saking lucunya.
“Kawaii desuuuu….”
Selanjutnya bakat alami Gaara. Begitu tutup guci dibuka, rombongan pasir langsung berkumpul membetuk bangunan istana kecil yang indah, Neji bertepuk tangan, istana hancur diganti bangunan tugu Hokage. Naruto yang tepuk tangan. Ganti bangunan gunung Hollywood. Shikamaru yang antusias. Giliran pasir membentuk bangunan hotel, Sasuke bersiul.
Gaara keluar. Ganti Naruto yang maju.Oke…Kakashi memilih berdiri dan meninggalkan bangku penilainya yang ada di depan monitor.
“Kau saja yang menilai, Hyuuga…,”
“Ore wa,”
“Ha-i…aku ke belakang saja.”
“O…ee…,” Neji menganguk,
“Aku mulai ya,” Naruto berteriak, dia memasang kuda-kuda,
“OIROKE NO JUTSU!.”
“CROTH!.”
Sasuke, Gaara dan Shikamaru langsung mencelat bersimbah darah, Kakashi di balik bilik ngakak abis-abisan,
“Sudah kuduga dia akan menggunakan jurus itu.”
“Oi,” Neji celingukan, “Naruto-san!.”
“Ohee hehehehe…gomen! gomen,” dan…bush! Naruto kembali ke bentuk asalnya. Sasuke dan yang lain berusaha berdiri walaupun tertatih.
“Se…seksi no jutsu…,” Shikamaru melap hidungnya, “Makin gede makin seksi aja dia…,”
“…,” Gaara mengangguk, Sasuke tak berkomentar.
“Aku coba lagi ya? Bukan seksi no jutsu kok,” teriak Naruto,
“HENGE NO JUTSU!.”
“CROTH!.”
Lagi, Gaara…hidungnya mimisan hebat, bagaimana enggak? Sosok Genma nude tanpa ikat kepala dan lidi di mulut itu terlihat jelas di layar. Tersenyum.
“NARUTOOOO…,” Neji bergumam, ‘Genma’ Naruto nyengir,
“Gomen ya, Gaara…,”
“Ng..nggak apa—uph!…apa…,” Gaara mengangguk dengan terpaksa, tapi kelihatannya dia agak nyesel saat Naruto kembali ke bentuk semula. Ihii…
“Oke…coba yang lain, ah!.”
“HENGE NO JUTSU!.”
“CROTH!.”
Kali ini bukan berasal dari para anbu muda tadi, melainkan dari bilik. Kakashi yang sembunyi, Neji ngakak, diikuti tawa Shika dan Sasuke. Gaara mati-matian menahan gemeletuk giginya yang pengen meringis.
Iruka-sensei, dengan gaya yang sama seperti Genma. Ramping, tinggi, rambut terurai cokelat gelap, bekas luka di hidung. Nggak tahanx!.
“Su—sudah dong, Naruto-san…,” Neji mencegah, tapi bukan Naruto namanya kalau nggak usil,
“HENGE NO JUTSU!.”
“Uwaahhh,” teriak Neji, dia nggak mimisan, tapi langsung pingsan di tempat, Itachi Uchiha…memandang lewat monitor dengan gaya cool, bercelana hitam, kemeja putih tak dikancing, dan rambut terurai panjang sepunggung. Seksi abis!.
“Hoi, Neji…bangun,” Sasuke menepuk-nepuk pipinya, mata Neji membentuk tanda Uzumaki. Naruto keluar dengan tawa terbahak-bahak. Sukses besar! Kakashi pun kembali ke tempatnya.
“Giliran Nara…tolong tunjukkan bakat dengan benar…,” dia menyindir, Sasuke merengut. Shikamaru masuk, tanpa basa-basi, dia langsung memamerkan bakat yang mengantarkannya jadi The Best Voice di Konoha Awards sebulan lalu.
“Hmmmm…ahak! Ihik! Uhuk! Ehek! Ohok!.”
“You raise me up! So I can stand on mountain!
You raise me up…to walk on stormy seas…
I’m strooonggggg…when I’m on your shoulder…
You raise me up…to more than I can beeeeeeee…!.”
“PLOK! PLOK! PLOK!.”
“Suit! Suit! Suit!.”
Semuanya bertepuk tangan, suaranya nge-bass and falsetto abis! Nge-mix! Keren banget!.
“Thank you! Thank you!.”
Lantai 4
Kouchi: Itachi Uchiha
Oke…lantai yang paling dibenci Sasuke dan disebali Neji, dimangkeli Shikamaru dan disumpahi Gaara. Itachi menyambut mereka dengan dandanan ngejreng super georgeous.
Persis seperti apa yang di-HENGE no jutsu kan Naruto. Kemeja putih dengan suspender yang sama hitam dengan celana, sepatu serta rambutnya. Tersenyum di depan pintu, mereka melewatinya satu-persatu.
Pertama, Naruto…
“Hai- Itachi-san!.”
“Hai…,”
Kedua, Shikamaru…
“Hai…Ita…hoek….”
“Hai….”
Ketiga, Neji…my honey…
“H…h..ai…I…tachi…,”
“Hi…,”
Kempat, my baka otouto
“Hueekhhhhhhkkhhxxxxxx!.”
“Hai…,”
Kelima…si Suna…
“…,”
“Glek,” Itachi memegangi kepalanya, “Gue dicuekin!.”
“Rasain,” Sasuke ngekeh, Gaara masih bertahan dengan khayalannya di lantai dua tadi. Jadi don’t distrub him if you not want to dikubur hidup-hidup.
“Yah, oke…kalian duduk sini…,” Itachi menunjuk ke bangku pajang di samping ruangan yang mirip ruang wawancara. “Kaca ruangan di sebelah ini kedap udara, peluru, terigu, batu, labu, abu, kerikil, pasir, semen, atau anbu… jadi nggak ada yang tahu apa yang kita lakukan di dalam…,”
Semuanya mengangguk-anguk, so?
“Di dalam sini aku akan menguji mental kalian, satu-persatu masuk, akan kutanyakan dua pertanyaan tetap. Dan satu pertanyaan khusus.”
“Pertanyaan tetap,” Shika nyeletuk, “Apa itu,”
“Good question,” Itachi nyengir, “Pertama, aku akan mengorek habis kesalahan terbesar yang kalian lakukan selama kalian hidup, dan kedua…rahasia terbesar kalian.”
Sasuke tercekat, lidah Neji tergigit, Naruto bengong, mata Gaara tiba-tiba beralis, Shikamaru monyong lima senti. Ibaratnya, kaget berjama’ah.
“APAAAAAAAAAAA!.”
“Good respons…,” Itachi masuk ke ruangan tadi dengan lidah dijulurkan, mirip Bakoro (AN: init uh nickname dari kita2 buat si Orochimaru, Bkoro Baka Orochimaru)—“Aku akan panggil satu-satu, duduk manis dan tunggulah, semakin tanggap kalian menjawab, semakin besar nilai kalian.”
“NARA SHIKAMARU….”
“Glek,” Shikamaru menenggak ludah kaget, dia maju perlahan, dan membuka pintu ruang wawancara ( alias ruang eksekusi baginya ) ada sebuah meja, lampu duduk, dua kursi. Satu cangkir kopi, satu gelas susu, sepiring mochi kashiwa. Plus permen setoples.
“Silakan dicicipi…nin chang-chang…,” Itachi ngakak, Shikamaru duduk tanpa menyentuh apa-apa…bekas Akatsuki, pasti akalnya belum tobat benar. Pasti sintingnya masih nyisa. Jangan-jangan mochi ini isinya daging Orochimaru atau gigi Kisame…atau minumannya beracun. Sihapha tahhuu….
“Halo? Monyong-man? Are you ready,” tanya Itachi, mengangkat catatan tinggi-tinggi di atas kakinya yang bersila di bangku—“Sebutkan kesalahan terbesarmu!.”
“Eh-aaaa…,” Shikamaru menggaruk bibir, “Aku pernah menyanyi di depan rumah sakit Konoha dan tahu-tahu salah seorang pasien mati jantungan.”
“Oke…lalu,”
“Mencium Ino tanpa ijin, gara-gara itu gigiku remuk kabeh…,”
“Terus,”
“Sempat naksir Neji, habis dia can…,”
“TERUSSSS?.”
“Jangan marah dong, udah deh kayaknya….”
“Rahasia terbesar? Minimal dua lho!.”
“Operasi bibir…,”
“OKEHHH! Cateth! Lalu? Lalu?.”
“MMMM…apa ya? Ngintip Anko-sensei mandi…,”
“Seksi gak?.”
“Banget.”
“Pertanyaan khusus untukmu…Godaime itu orangnya bagaimana?.”
“Seksi, keren, cool, perhatian, cantik…pokoke te-o-pe-be-ge-te!.”
“Oke…,” Itachi nyengir, “Boleh keluar….”
“Sukur…sukur…,” Shikamaru keluar sembari melonjak, tak lupa menyambar sepotong mochi. Beracun? Peduli amat! Laper!.
Keempat temannya mengerubung penasaran.
“Diapain kamu,” tanya Naruto,
“Digigit,”
“Dibantai,”
“Dicium,”
“Dicakar,”
“Ditarik tuh mulut,”
“Digencet,”
“Nggak…kok,” Shikamaru hendak melanjutkan, tapi Itachi sudah memanggil nama selanjutnya.
“SUNAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA…………………………….”
“Iya! Iya! Iya! Sekali cukup!.” Gaara beringsut, dia melepas guci pasir dan menitipkannya ke Neji (selalu ke Neji?) lalu berlari masuk dan menutup pintu keras-keras, bruak! Itachi melonjak…kagetx…
“Halo Gaara…apa ka…,”
“Kesalahan terbesarku…,” Gaara menyela cepat, “Adalah sudah membunuh banyak orang hanya karena hobi. Jadi kuputuskan membunuh bukan berdasar hobi, melainkan kewajiban!.”
“Ya-ya-ya…,” Itachi menulis sembari bergidik, “Menakutkan bener nih anak….”
“Aku pernah menghajar Sasuke…,”
“O…itu bagus…sampai mati malah makin bagus. Lalu?.”
“Aku pernah memukul Gai-sensei….”
“Bunuh saja…lalu,”
“Berkelahi sama Kakashi-sensei…”
“Bantai saja tuh orang tua! Lalu,”
“Menendang pantat Jiraiya-sannin.”
“Cabuti saja urat-uratnya…lalu?.”
“Udah!.”
“Rahasia terbesarmu? Yang oke ya?.”
“Pernah eng…mencium…Genma…eh! Tapi waktu itu nggak sengaja! Sumpah! Kami jatuh bareng! Suer! Aku nggak sengaja loh! Percaya deh! Bener!.”
“Iya-iya, aku percaya, kamu kok gagap banget ya? Biasa sajalah…aku juga pernah kok sama Neji…,” Itachi mencorat-coret catatannya dengan muka menahan tawa, psycoooo juga manusiaaaa! Punya rasa punya hati! Jangan samakan dengan ulek dan panciiiiiii !….
“Lalu?.”
“Eng…aku suka es krim cokelat.”
“Gubrak!.”
“Hallo…kau nggak apa-apa,” Gaara melongok ke bawah meja, dimana Itachi jatuh terlentang dengan kepala benjol, kliyeng…psycooo…heh…suka…es krim? Alamak! Cokelat lagi!
“Sori, kesalahan teknis.” Itachi buru-buru membetulkan posisinya supaya bisa kembali cool—“lalu,”
“Udah!.”
“Pertanyaan buatmu….” Itachi melirik ke box rahasia di sisi laci meja, “Apa pendapatmu tentang Genma?.”
“Nani,” Gaara terkejut, bayangan sebentuk wajah tampan berambut emas muncul di atas kepalanya, ih! Bush! Bush! George Bush! Bush! Presiden Amrik! Eh! Jaka sembung? gak nyambung!
“Amm…anu, anu anu itu anu itu eh…anu itu anu…sumpeh lo?.”
“Sumpeh deh!.”
“Eng…Genma itu, manis, eng…gimana ya? Lucu…kalem, keren. Cool tapi rada pemalu. Imut juga sih…terus baik. Yah…gitu deh….”
“Mau keluar?.”
“Ya.”
“Keluarlah.”
Gaara menghela napas, dia keluar dengan segan dan muka merona. Dia yakin Itachi pasti sedang ketawa abis-abisan di dalam. Es krim cokelat? Kenapa sih aku ngomong kalo aku suka? Uh! Mulut! Nggak bisa dijaga! Emang susah jadi orang jujur!.
Gaara bersila di bawah, main pasir dengan gucinya. Suara Itachi kembali membawa korban, korban baru…
“Baka Otoutouuuuuuuu! Kemari sayanggggggg!.”
“Rasanya kepalaku mules,” Sasuke menepuk pundak Neji, “Ada obat?.”
“Ntar aja, abis dieksekusi. Bisa request,”
“Apa,”
“Cabut lidahnya.”
“Kuusahakan.” Sasuke mengedip, dia menitipkan jaket dan emblem konohanya ke Neji—ngangguk, trus mengecup kening Naruto ( kayak mau menghadapi hukuman pancung ) lalu membungkuk ke arah matahari berulang-ulang. Melempar cium ke arah Shika dan Gaara. Keduanya kaget setengah hidup setengah mati, mirip lampu disko.
“Hai.” Sasuke menyapa kakaknya di bilik. Itachi mengekeh pelan,
“Lama tak jumpa….”
“Tiap hari juga ketemu.”
“Yang masa?.”
“Emang situ kondang,” Sasuke balas mencibir, “Cepat mulai! Aku bisa gatal kalau terus-terusan di sini!.”
“Sabar kenapa sih,” Itachi membalik selembar kertas, “Sebutkan kesalahan terbesar yang pernanh kau lakukan….”
Sasuke menarik napas dalam, “Satu-satunya kesalahan terbesarku adalah menerimamu kembali sebagai kakakku! Bastard!.”
“Oh—gitu? Menarik…menarik, catet, lalu?.”
“Membiarkanmu hidup…,”
“Lalu,”
“Membiarkanmu menyentuh Naruto-ku….”
“Lalu,”
“Membiarkanmu tinggal di rumah….”
“Lal…,”
“Sudah.”
“Rahasia,” Itachi mendelik nakal, “Top secret ya,”
“Nggak secret amat sih,” ujar Sasuke tenang, “Aku pernah memasukkan Sianida ke dalam bubur sarapanmu sebulan lalu,”
“Pantes tenggorokan gue sepat!.”
“Menambahkan garam ke dalam obat cuci perutmu…,”
“Pantes gue mencret!.”
“Menambahkan serbuk ulat ke dalam ramuan Henge-mu….”
“Pantes, bukannya jadi Jim Carrey, malah mirip Donal bebek.”
“Kamu tahu soal tittttttttttt….”
“Ya.”
“Nah, aku pernah sama Naruto,” jawab Sasuke tenang,
TANG!
Bola mata Itachi mencelat keluar, mulutnya nganga, pensilnya jatuh…
“Kaget,” tanya Sasuke, sinis, “Udah biasa lagi, cobain aja…tapi jangan sama Naru—awas!.”
“Enak nggak,”
“Mmm…taste better than ramen,”
“Kalo Neji gimana,”
“Coba aja ndiri…,” Sasuke bersiap hendak keluar, tapi Itachi cepat-cepat melemparkan satu pertanyaan padanya—“Bagaimana pendapatmu soal Sandaime-sama?.”
“Hokage ketiga ya? Hmmm…,” Sasuke mngerut dagu, “Cuma kakek-kakek baik hati yang agak menyebalkan, sudah ya? Daaaaahhhh….”
“Dah.”
“UZUMAKI NARUTOO!.”
“Omaygod…,” Naruto memegangi kepalanya, “Neji, aku nggak akan dibunuh kan?.”
“Tenang saja, kalau dia megang kepalamu, lapor Sasuke, megang tanganmu, lapor Gaara. Megang pipimu, jangan ragu-ragu, pakai rasengan!.”
“Oke!.”
Naruto memasuki bilik setelah Sasuke melewatinya, Itachi nampak senang dengan cengiran setannya, dasar kakak si bastard, adiknya saja kurang ajar, apalagi kakaknya, huhh..i hate this akatsuki.
“Honey manis, ceritakan padaku soal kesalahan terbe…,”
“Aku tidak merasa pernah punya salah tuh.”
“A…oke…I believe at you, wajahmu cyuute banget sih, bikin nggak tega, kalau tidak ada kesalahan, rahasia…apa rahasiamu?.”
“Having a kiss, sure.”
“Apa? Sama siapa?.”
“Sasuke.”
“Oh—I see…,” Itachi meringis, “Aku tidak heran jika kau sama Sa…,”
“Lalu juga pernah sama Gaara, Neji, Lee, Kankurou, Kabuto, Genma, Hayate, Kakashi-sensei, Iruka-sensei, kamu, Shikamaru, Kiba, Shino, Chouji, Ukon, Orochimaru, Haku, Ibiki, As…,”
“I seeeeeeeeeeee………..,” Itachi mencoba tetap bertahan dengan muka cool-nya, dia hampir saja meremukkan pensil catatan hingga nyaris patah. Nggak kuwathhhhh…baakaaaaa otoutou…beraninya kau membiarkan Naruto dicium sama orang laiiiinnnnnnnnnnnnnnnnn……….!.
“Na…naruto…pe..pertanyaan terakhir, Yondaime…menurutmu, dia gimana?.”
“Chichi,” Naruto mendelik, “Are? Mm…chichi lembut, nggak marahan, lucu, cakep, imut, manis, tampan, keren, tinggi, perhatian, bijaksana, nggak pervert. Memangnya kenapa?.”
“Nggak.”
“Ya sudah! Ja matta,” Naruto berlari keluar bilik dengan wajah super ceria, lain halnya dengan Neji yang gemetaran menggigiti jarinya di sebelah istana pasir Gaara. Shikamaru ngorok, Sasuke semedi di bawah pohon pisang, nyari wangsit. Gimana nih?.”
“HYUUGA!.”
“Mati aku,” Neji toleh kanan-kiri, “Tasukete dong!.”
Sasuke dan Gaara memandangnya sejenak, mengepalkan tangan mereka,
“GANBATTE KUDASAI!.”
“Gundulmu,” Neji menyumpah-nyumpah, dia segera masuk ke bilik dengan wajah ditekuk, sebaliknya Itachi terlihat sangat gembira.
“Hai…Neji.”
“….,” Neji terduduk, menatap ke bawah dengan manyun, “Apa pertanyaannya?”
“Ngobrol dulu gimana? Soal…,”
“Aku nggak mau ngobrol denganmu.”
“Oh—ayolah,”
“Nggak!.”
“Eng—bagaimana kalau…,”
“Kubilang enggak! Perlu kupukul wajahmu?.”
“Nggak perlu, nggak perlu, oke-oke…aku mulai saja, sebutkan beberapa kesalahan terbesarmu…. Jawab lebih dari satu ya?.”
Nei mengerenyit sejenak, Itachi dengan serius memelototinya sembari senyum-senyum kecil. Wajah yang serba polos. Tipe gue bangetx.
“Kesalahan terbesarku adalah membiarkan diriku berbicara denganmu saat ini, membiarkan kau melotot tanpa kucolok, membiarkanmu hidup, membiarkanmu memegang tanganku tadi pagi, dan semua perbuatanmu yang entah kenapa kuijinkan, aku bego ya,”
“Nggak kok, hikx…,” Itachi mengusap airmatanya, dua buah kapak menancap di lubuk hati. Hancur hatiku…mengenang dikau…lagunya siapa?
“Rahasia terbesarnya boleh nggak dijawab,”
“O—bol…eh? Apa? Nggak boleh donkx...harus di jawab,” Itachi meringkuk di sudut bangku, “Kenapa,”
“….”
“Ayo, ngomong,”
“Janji ya? Nggak boleh ketawa….”
“Janjiiiiii.”
“Hmm…,” Neji menarik napas sejenak, “Nggak deh, coret aja nggak apa-apa… lagipula aku sudah lulus tiga tingkat di bawah tadi.”
“Kok gitu?.”
“Lho? Nggak boleh?.”
“Tapi harus dijawab.”
“Ntar kalo sudah selesai ujian….” Neji beranjak dari kursinya. Itachi buru-buru mencegah—“Hoi! Pertanyaan khususnya….”
“Apa?.”
“Bagaimana pendapatmu tentang aku?.”
“Sekalian entar.”
“BRAK!.”
Itachi manyun.
“HEBAT! KALIAN SEMUA BERHASIL LULUS! YIHAAA! HURRAY!.” Lee mencak-mencak kegirangan begitu kelima temannya kembali dengan sudah memakai lencana Anbu yang dibagikan Gekko Hayate di lantai bawah. Sesaat lagi mereka akan mengikuti penyerahan topeng dari asrama Anbu.
“Capekkkkkk….” Shikamaru meringsut di bangku tunggu, kerumunan hiruk pikuk chuunin, genin, jounin, sampai para anbu yang lain mengisi halaman asrama. Keenam cowok itu berada di balik pangung, menunggu dipanggil. Lee berdiri sok penting dengan catatan di tangan, Naruto lemes, Neji ngantuk, Sasuke ngorok, Gaara nguap. Suara ramai di depan pangung tak membuat mereka marah, soalnya saking capek dan mangkelnya mereka sama ujian tadi.
“Siapa yang akan membagi topengnya?.” Gaara nyeletuk sambil menguap lagi, bau pasir…Lee mengangkat bahu,
“Tahu, katanya sih, sudah diberitahukan sama kalian. Memangnya Itachi-senpai nggak ngomong?.”
“Apa,” Sasuke mendelik, Lee menjelaskan lagi kata-katanya,
“DI lantai 4 kalian dapat pertanyaan khusus soal seseorang kan?.”
“He—h.”
“Nah—orang itu yang akan memberikan topeng anbu pada kalian.”
“Heeh,”
Benar saja, saat mereka dipanggil oleh Hayate, lima sosok sudah berdiri di atas panggung penyerahan. Lee menyuruh mereka berbaris rapi sesuai nama. Sedangkan Iruka-sensei membacakan profil mereka satu persatu.
“Suna no Gaara, usia 17 tahun. Sunagakure. Elemen tanah. Jabatan Anbu bagian Barat. Maju ke depan,”
Gaara menaiki tangga panggung, dia menghadap ke depan seseorang yang sedang memegangi seragam anbu yang terlipat rapi beserta topengnya dengan muka merah dan agak gemetar.
“I…ini,”
“Thanks, Genma,”
“Gokaku omedetou…,” Genma menambahkan, “Semoga berhasil.”
“Kau nggak mau jadi anbu juga,”
“Rasanya tidak,”
“Baiklah…thanks, oh…jangan lupa.” Gaara mengerling. Muka Genma merona lagi. Dia turun dari tangga kanan. Gaara tanga sebelah kiri.
Iruka-sensei berteriak lagi,
“Hyuga Neji, 18 tahun. Konohagakure. Clan Hyuga. Elemen Cahaya. Jabatan Anbu bagian selatan. Silakan ke depan.”
“Oke….” Neji menganguk, dan alangkah sebalnya dia ketika menjumpai Itachi berdiri dengan seragam dan topeng sembari tersenyum dia atas panggung,
“Kau lagi.”
“Nih,” Itachi menyerahkan seragam ke tangan Neji, “Selamat ya?.”
“Topengnya?.”
“Tuntaskan pertanyaan yang tadi, baru aku serahkan.”
“Yang mana?.”
“Rahasiamu.”
“Oh—itu,” Neji menggaruk-garuk kepalanya. Ketombe kambuh.
“Aku nggak akan ketawa deh…,” Itachi nyengir, “Apaan sih?.”
“Bisa pinjam telingamu?.”
Itachi menunduk, Neji celingukan, semua masih memandang ke arahnya. Naruto juga. Yah…hihihi…dia meringis, ditariknya kerah baju Itachi, dan…
“Nyaahh!.” Naruto terbelalak, lidi Genma langsung jatuh, Hayate buru-buru batuk. Dan guci Gaara tahu-tahu putus dari tali.
“Apaan,” tanya Sasuke, Naruto menunjuk ke panggung, dan Sasuke menoleh, dilihatnya muka Itachi merah sembari memegangi pipi. Neji ngakah.
“Itu rahasianya, aku suka padamu….”
“Heh,”
“Turun dulu ya? Dah!.”
“Hei! Hei! Neji!…,” Itachi bergegas menuruni tangga, Iruka bengong melihat mereka berdua melewatinya dengan mupeng. Dia melanjutkan panggilan,
“Uzumaki Naruto, 16 tahun, Konohagakure. Clan Uzumaki. Elemen api. Jabatan Anbu bagian Tengah.”
“CHICHIIIII!.” Naruto langsung maju ke atas pangung, Arashii menepuk kepalanya pelan, tinggi mereka nyaris sepadan, seperti anak kembar.
“Selamat ya? Jalankan tugasmu dengan baik,” dia mengecup pipi Naruto masing-masing, Sasuke menggeram, hihhh…sabar…sabar, dia kan papanya… wajar…wajar…wajar gitu lokhx.
“Aku akan terus berusaha sampai jadi Hokage,”
“O-ya? Akan kutunggu,” jawab Arashii, “Sana turun,”
“Oke.”
“Uchiha Sasuke, 17 tahun. Konohagakure. Clan Uchiha. Elemen api. Jabatan Anbu bagian timur…”
“Nooooooooooooooooooooo!” Sasuke berkelit ketika Sarutobi nyaris saja mecium pipinya tanda selamat. Uwahh! Ada kulit palsu gak? Dia cepat-cepat melap bekas ciuman di pipinya. Kakek peyot nyium daun muda. Nggilani gitu lokh! Pedofil! Kita kan masih imut.
“Nara Shikamaru, 18 tahun, Konoha gakure, Clan Nara, jabatan ketua Anbu.”
“Hihihihihihi….” Shikamaru ngakak ketika dia mendapat ciuman dari Tsunade. Serasa ketiban durian runtuh. Muka bonyok, kecoret, kaki berlubang tak jadi masalah, yang penting…hasilnya bo!.
“Yahh…manis juga enggak, keren dikit. Imut. Trus junkie, kamu…,” Neji mengendus topeng Anbu-nya di samping Itachi yang lagi duduk di bangku taman asrama, “Cukup kan komentarnya,”
“Yahh, bolehlah…,” jawab Itachi senang, “Kita jadian kan,”
“Apanya? Aku bilang aku suka padamu bukan berarti kita jadian! Enak aja! Memang aku apaan! Jaga tuh mulut!.”
“Yah—neji….”
“Apa? Protes?.”
“Yah—neji….”
“Apa?.”
“Kiss lagi dong….”
“Nih...ambil semua!…” Neji menumpahkan seluruh isi kantong jaket ke atas bangku. Permen tok.
Di seberang, si Genma lagi bersila di rumput, sedangkan Gaara berayun terbalik di atas pohon.
“Genma…oi…Genma.”
“Ng? Nani?.”
“Kamu nganggep aku apa?.”
“Kok tanyanya sep…,”
“Jawab saja.”
“Eng-ang-eng…. Eng..uhm…eng…”
“Apa?.”
“Uhmm…temen.”
“Cuma temen?.”
“Maunya apa?.”
“Lebih dikit.”
“Ya anggep saja begitu.”
“Boleh?.”
“Terserah.”
“Sumpeh lo?.”
“Suer deh.”
“Nanti malam ada acara,”
“Nggak.”
“Makan di luar yuk.”
“Heh,” Genma mendelik, “Makan malam?.”
“Iyalah, masa breakfast malem-malem. Mau tidak,”
“Nggak.”
“Gennnmmmmaaaaa….”
“Ditraktir?.”
“Tentu.”
“Okelah.”
“Sip!.” Gaara melompat turun, memeluk Genma sekali, lalu lenyap seketika, suaranya bergema sembari diiringi kekehan, dengan wajah merah Genma kembali ke kantor jounin. Melewati Sasuke dan Naruto di sebelah asrama. Mereka lagi berjalan pulang menuju gerbang.
“Leganya abis pelantikan,” kata Naruto, Sasuke bersiul,
“Heh, usuratonkachi,”
“Nani?.”
“Mmm…nanti malam nonton yuk?.”
“Capek.”
“Idiot.”
“Aku capekkkk!.”
“Mau dipijitin? Gimana kalo ke sauna?.”
“Engg…kamu ngak ada niat macem-macem kan,”
“Pikiranmu dibersihin dikit kenapa,”
“Habisnya tiba-tiba.”
“Kamu mau tidak,”
“Mau, asal kamu nggak macem-macem,”
“Tenang,” kata Sasuke, dia memalingkan muka, terlihat banget mupeng-nya dengan senyum mencurigakan—“Habis ini kita makan ya?.”
“Makan,” Naruto langsung melotot, “Ramen nyaw?.”
“Ya…ichiraku.”
“Payself?.”
“Traktir.”
“Thanks Sasukeeeeeeeeee!.” Naruto melonjak, dipeluknya Sasuke erat-erat, ups! Setan, hampir aja masuk tuh di 60 agree meeting. Untung saja Kakashi memergoki mereka dan Naruto buru-buru melepaskan tangannya.
“Acara makan di kantor Hokage-sama, segera datang.”
“BAIK!.”
“Hh…oke, ayo Sasuke!.”
“Yo-a,” Sasuke mengekor di belakang, pikirannya sudah dipenuhi planning penuh kelicikan dan rencana busuk. Mupengnya disembunyikan dalam-dalam, ada saatnya nanti akan sou kou kara ga Show Time….
Langganan:
Postingan (Atom)